Selasa, 05 November 2019

10 Nama Sahabat Nabi Muhammad SAW


Berikut ini adalah daftar nama sahabat nabi yang dalam sejarah tercatat sebagai orang-orang yang dijamin masuk surga.


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Beliau merupakan khalifah pertama setelah Rasulullah wafat. Sejarah juga mencatat bahwa beliau adalah laki-laki pertama yang memeluk Islam. Abu Bakar Ash Shiddiq wafat pada usia 63 tahun.


2. Umar bin Khattab
Umar merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar wafat. Sebelum mememluk Islam, beliau merupakan musuh yang sangat ditakuti karena kekuatan dan kepemimpinannya. Setelah memeluk Islam, beliau menjadi salah satu sahabat nabi yang menjadi benteng umat Islam yang sangat kokoh.


3. Utsman bin ‘Affan
Utsman adalah khalifah ketiga setelah Umar syahid. Pada masa pemerintahannya Qur’an mulai dikumpulkan menjadi satu.


4. Ali bin Abi Thalib
Ali merupakan khalifah keempat sekaligus sepupu Nabi Muhammad. Nantinya beliau juga menjadi menantu nabi karena menikah denga Fatimah Az Zahra. Beliau adalah orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak.


5. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah
Beliau memiliki nama lengkap Amir bin Abdullah bin Jarrah Al Fihry Al Quraisy yang lebih dikenal dengan nama Abu Ubaidah.  Abu Ubaidah termasuk golongan pertama yang masuk Islam atas peran Abu Bakar.


6. Sa’ad bin Abi Waqqash
Sa’ad memeluk Islam pada usia 17 tahun atas peran Abu Bakar. Nasab Sa’ad terhubung kepada Nabi melalui jalur ibu Nabi. Ayah sa’ad yang bernama Malik adalah paman dari Aminah, ibunda Nabi Muhammad.
Selain itu, Malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muththalib. Sehingga secara nasab, Sa’ad termasuk yang terhormat dan mulia.


7. Abdurrahman bin ‘Auf
Abdurrahman bin Auf merupakan sahabat nabi yang kaya raya dan sangat dermawan. Beliau masuk Islam atas peran Abu Bakar.


8. Thalhah bin Ubaidillah
Thalhah masuk Islam atas peran Abu Bakar. Sebelum masuk Islam, ketika baliau sedang berdagang ke Syam, beliau diberi kabar oleh pendeta dari Bushro akan datangnya kenabian Muhammad shallalhu’alaihi wasallam.
Thalhah selalu ikut berperang kecuali pada perang badar. Pada saat perang badar terjadi, beliau diberikan tugas khusus oleh Rasulullah untuk memata-matai di tempat lain.
Kejadian yang menjadi salah satu yang dikenang adalah ketika perang Uhud. Thalhah dengan gagah berani melindungi semua serangan musuh yang ingin menyerang Nabi Muhammad hingga terluka parah.


9. Zubair bin Awwam
Zubair memiliki nasab Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab Al Quraisyi. Beliau merupakan keponakan dari ibunda Khadijah. Sedangkan Ibunya adalah Shafiyyah binti Abdul Muththalib yang merupakan bibi Nabi Muhammad.
Diantara keistimewaan sahabat nabi ini adalah beliau ikut hijrah sebanyak dua kali dan menikah dengan Asma’ binti Abu Bakar dan dianugerahi anak-anak yang  tangguh.


10. Sa’id bin Zaid
Sa’id bin Zaid bersama istrinya, fathimah binti Khaththab langusung masuk islam begitu mendengar bahwa Muhammad telah diutus menjadi Rasul. Setelah masuk Islam, mereka pun menyembunyikan identitas keislamannya.
Dari mereka berdualah Umar bin Khaththab kemudian mendapat hidayah untuk memeluk Islam.



Nama Sahabat Nabi Pembesar Islam dan Para Syuhada’

1. Khalid bin Walid
Nama lengkap Khalid adalah Khalid bin Walid bin Abdullah bin Umar bin Makhzum Al Quraisyi. Beliau memiliki gelar Saifullah Al Maslul (pedang Allah yang terhunus). Umur Khalid bin Walid adalah sektar 13 tahun lebih muda dari pada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam.
Khalid berasal dari bani Makhzum dan merupakan kelompok yang mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, bani Makhzum lah yang mengurus gudang senjata berupa alat perang, kuda-kuda perang, dan lainnya.

Sebelum masuk islam, Khalid bin Walid merupakan panglima perang pasukan Quraisy. Salah satu perang yang beliau menangkan adalah perang melawan kaum muslimin pada perang uhud.
Khalid kemudian masuk islam pada tahun ke 8 Hijriyah saat terjadinya gencatan senjata yang disepakati dalam perjanjian Hudaibiyah.
Meskipun Khalid bin Walid terlibat pada ratusan pertempuran yang menghasilkan banyak bekas luka pada tubuhnya, namun beliau tidak meninggal di medan perang, tempat yang sangat beliau inginkan untuk syahid.
Allah mentakdirkan beliau meninggal diatas kasur pada tahun 21 Hijriyah di kota Homs, Suriah.


2. Hamzah bin ‘Abdul Muththalib
Beliau merupakan paman Nabi yang memiliki lengkap Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Hamzah memiliki julukan sebagai Singa Allah.
Hamzah terbunuh dan syahid pada perang Uhud. Ketika perang Uhud berlangusng, Hamzah berperang bagaikan singa yang sedang mengamuk. Beliau dengan gagah berani dan tak terkalahkan menerobos ketengah-tengah pasukan musuh.
Pasukan musyrikin tercerai berai bagaikan daun-daun kering yang berterbangan terkena angin.
Yang Membunuh Hamzah adalah seorang budak bernama Wahsyi bin Harb. Dia memiliki tugas khusus unutk membunuh Hamzah.
Yang menyuruh Wahsy adalah majikannya yang bernama Jubair bin Muth’im. Jubair memiliki paman bernama Thu’aimah bin Adi yang terbunuh dalam perang Badar. Wahsy dijanjikan akan dimerdekakan kalau berhasil membunuh Hamzah sebagai paman Nabi Muhammad.


3. Bilal bin Rabah
Bilal merupakan seorang budak yang lahir 43 tahun sebelum Hijriyah. Beliau merupakan budak milik Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh kafir penting pada masa itu.
Bilal memiliki kisah mempertahankan aqidah yang sangat menarik. Beliau termasuk orang yang pertama masuk islam. Beliau mendapatkan penyiksaan dan kekerasan yang sangat berat lebih dari siapapun saat itu.
Penyiksaan terberat beliau adalah ketika beliau dibaringkan di padang pasir ditengah terik matahari dan badannya ditindih dengan batu besar dengan tujuan agar beliau meninggalkan ajaran Nabi Muhammad.
Yang keluar dari mulut Bilal hanyalah kata Ahad…Ahad…Ahad untuk menegaskan tentang keesaan Allah. Akhirnya beliau dibebaskan oleh Abu Bakar dengan tebusannya.


4. Anas bin Malik
Anas bin Malik adalah pembantu Rasulullah yang diberikan oleh ibunya, Ghumaisho’ ketika masih kecil. Sebelumnya beliau telah ditalqin syahadat oleh ibunya. Saat itu Anas masih berusia 10 tahun.
Anas bin Malik ikut nabi Muhammad hingga Rasulullah wafat. Kondisi ini sangat dimanfaatkan Anas untuk menimba ilmu dan belajar kehidupan langsung dengan Rasul.
Karena kedekatan beliau dengan Rasulullah, Anas bin Malik termasuk tiga sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits, yaitu sebanyak 2.286 hadits.
Beliau secara langsung dido’akan oleh Rasulullah yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim yang isinya agar Allah banyakkan hartanya, banyakkan anaknya, panjangkan umurnya, dan ampuni dosanya.


5. Amr bin ‘Ash
Nama lengkap beliau adalah Amr bin Ash bin Wail bin hisyam bin Said bin Sahm Al Quraisyi. Ada perbedaan pendapat kapan waktu beliau masuk islam, apakah di tahun ke 7 hijriyah atau ke 8 hijriyah.
Beliau merupakan orang yang ditugaskan Umar bin Khattab untuk membebaskan Mesir dari cengkeraman Romawi.


6. Zaid bin Haritsah
Zaid bin Haritsah awalnya adalah budak dari Khadijah sebelum beliau menikah dengan Nabi Muhammad. Ketika setelah menikah, kemudian Zaid dihadiahkan untuk Muhammad sebelum menjadi nabi dan rasul.
Haritsah merupakan kepala salah satu kepala suku yang pada saat itu mengalami kalah perang. Kemudian Zaid yang djadikan tawanan perang akhirnya dijual belikan hingga sampai ke tangan Khadijah.
Singkatnya, setelah membangun sukunya kembali, Haritsah mencari Zaid dan kemudian diketahui beliau berada dalam genggaman Nabi Muhammad.
Haritsah kemudian menemui Nabi dan bermaksud menebus anakanya. Tapi Nabi memberikan pilihan kepada Zaid, apabila dia memilih ayahnya maka akan dibebaskan tanpa sepeser pun.
Tidak disangka Zaid lebih memilih Nabi Muhammad dibandingkan ayahnya karena keindahan akhlaq Nabi.

Akhirnya, Haritsah sejak saat itu menitipkan Zaid kepada Nabi Muhammad dan kemudian Nabi Muhammad mengubah nama Zaid menjadi Zaid bin Muhammad.
Nama tersebut bertahan hingga turunlah wahyu yang tercantum dalam surat Al-Ahzab ayat 5 yang menerangkan bahwa anak angkat harus tetap dipanggil dengan nama ayah kandungnya.
Para sahabat memberikan julukan Zaid bin Haritsah sebagai Hibbin Nabi atau kekasih Nabi, karena Nabi sangat cinta dengan beliau.


7. Abdullah bin Mas’ud
Abdullah bin Mas’ud adalah termasuk dari golongan yang pertama kali masuk islam yaitu orang ke enam.
Ada salah satu cerita manarik dari Abdullah bin Mas’ud, suatu ketika beliau memanjat kurma dan kemudian secara tidak sengaja tersingkap jubahnya sehingga terlihatlah betisnya.
Tertawalah orang-orang yang melihatnya karena betisnya tampak kurus sekali. Kemudian Nabi bersabda, “Apakah yang kalian tertawakan, sesungguhnya kaki Abdullah bin Mas’ud lebih berat dari pada gunung uhud pada timbangan mizan hari kiamat.”
Kita bisa lihat perjuangan Abdullah bin Mas’ud. Ketika orang tidak berani membaca Qur’an secara keras karena takut oleh musuh-musuh islam pada saat itu, beliaulah yang pertama kali melantangkan bacaan Qur’annya.
Ketika Nabi Muhammad ingin mendengarkan bacaan Qur’an, beliau memanggil Abdullah bin Mas’ud untuk membacakannya.


8. Salman Al Farisi
Salman Al Farisi merupakan sahabat yang berasal dari Persia. Beliau sangat disayangi oleh ayahnya sehingga Salman tidak diizinkan untuk keluar rumah.
Ayahnya adalah seorang yang bertugas menjaga api tetap menyala yang digunakan oleh kaum Majusi untuk beribadah.
Suatu saat, Salman keluar rumah untuk mengerjakan suatu hal. Ditengah jalan beliau melewati gereja dan dibuat kagum dengan ibadah mereka. Akhirnya beliau dari pagi sampai sore berdiam di gereja hingga lupa kalau tujuan beliau keluar adalah melakukan perintah ayahnya.
Ketika pulang, beliau cerita kepada ayahnya kalau beliau lewat ke sebuah gereja dan mengatakan ada agama yang lebih bagus dari agama yang dianut. Ayahnya dengan tegas mengatakan tidak ada agama yang lebih bagus dari pada agama yang kita anut.
Suatu ketika Salman mendengar bahwa akan ada kelompok yang berangkat menuju Syam, sebagai pusat agama nasrani pada saat itu. Dan beliau akhrirnya berusaha kabur dari rumah dan mengikuti rombongan menuju Syam.


Perjalanan Mencari Hidayah
Setelah sampai di Syam, beliau menemui pendeta dan bermaksud belajar agama nasrani dan menjadi pembantu di gereja tersebut. Namun ditengah jalan, beliau mengetahui kalau pendeta tersebut adalah jahat.
Pendeta tersebut menumpulkan harta sedekah untuk dinikmati sendiri. Ketika pendeta tersebut meninggal, kaumnya bermaksud menguburkannya. Sebelum itu terjadi, Salman mengabarkan tentang kebobrokan pendeta tersebut. Akhirnya mayat pendeta tersebut disalip dan dilempari batu.
Setelah itu, terdapat pengganti seorang pendeta yang sholeh. Ketika pendeta sholeh tersebut mau meninggal, Salman sangat sedih dan berkata kalau engkau meninggal hendak pergi kemana lagi aku.
Kemudian pendeta tersebut mengabarkan ada pendeta sholeh di Mosul, Irak. Akhirnya Salman pergi ke Mosul. Hal seperti sebelumnya terjadi lagi. Sebelum pendeta meninggal, pendeta tersebut mengabarkan ada pendeta sholeh yang ada di Aljazair (Afrika).
Setelah pergi ke Aljazair, pendeta sholeh yang akan meninggal tersebut mengabarkan kalau ada pendeta sholeh yang ada di Amurya (Romawi). Setelah di Romawi, Salman bekerja dan mendapatkan hasil berupa kambing dan onta.
Menjelang wafatnya pendeta, Salman meminta rekomendasi lagi perihal harus kemana lagi setelah ini. Namun pendeta tersebut menagatan bahwa dia tidak tahu ada orang sholeh lagi.
Namun pendeta tersebut mengabarkan akan datangnya seorang nabi. Kemudian pendeta tersebut mengatakan ciri-cirinya. Nabi tersebut tinggal di sebuah daerah yang banyak terdapat kurma.
Ciri yang lain adalah nabi tersebut jika diberi sedekah tidak mau memakannya, namun jika diberi hadiah makan akan diterima. Dan yang terakhir adalah terdapat tanda kenabian yang terletak pada punggungnya.


Bertemu Nabi Muhammad SAW
Setelah pendeta meninggal, Salman mencari kabilah yang akan meuju ke Arab. Harapannya beliau diantar hingga ke tempat tersebut dengan imbalan seluruh hartanya.
Namun ditengah jalan, Salman dikhianati. Semua hewan-hewan ternaknya diambil dan Salman dijual kepada seorang Yahudi. Dan akhirnya menjadi budak yahudi tersebut. Setelah beberapa waktu datanglah saudara orang yahudi dan membeli Salman.
Salman kemudian memiliki majikan yang baru. Yang tidak disangka, ternyata Majika tersebut tinggal di Madinah. Setelah sampai aAdinah, Salman senang karena melihat banyak pohon kurma, sesuai dengan ciri yang dikabarkan pendeta.
Suatu ketika ketika Salman sedang memetik kurma, majikannya berada dibawahnya. Kemudian datanglah saudarnya mengabarkan bahwa ada orang yang mengaku nabi baru datang ke kota Madinah. Celakalah bagi kita, katanya.
Setelah turun dari pohon, Salman meminta penjelasan mengenai kabar tersebut. Karena Salman hanya seorang budak, kemudian dia dimarahi dan dipukul.
Beberapa waktu kemudian Salman mengumpulkan jatah kurmanya dan mengendap-endap untuk bertemu Nabi. Setelah bertemu, Salman memberikan kurma tersebut dengan mengatakan bahwa kurma tersebut sedekah. Kemudian Nabi menerima dan semuanya dibagikan kepada para sahabatnya.
Selang waktu lagi, Salman kembali menemui nabi unutk memberikan kurma. Kali ini beliau mengatakan kurma tersebut adalah hadiah. Nabi pun menerima dan dimakan sedikit, kemudian yang lainnya dibagikan kepada para sahabat.
Salman pun senang karena sudah dua ciri kenabian yang sudah terbukti. Kemudian beliau mencari cara bagaimana mana caranya unutk melihat tanda kenabian yang ketiga.
Suatu hari Nabi sedang di pemakaman unutk memakamkan salah satu kaum muslimin. Waktu itu Nabi sedang memakai kain unutk menutupi tubuhnya. Salman kemudian berinisiatif menuju belakang Nabi unutk memastikan tandanya.
Karena Nabi sepertinya sudah mengetahui niat Salman, kemudian Nabi menyingkapkan kainnya dan terlihatlah tandanya. Salman kemudian memeluk Nabi sambil menangis karena saking senangnya.


9. Mush’ab bin ‘Umair
Mus’ab bin Umair adalah pemuda Quraisy yang memiki nama lengkap Mush’ab bin Umair binHasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Daar bin Qushay bin Kilab Al Abdari. Beliau lahir 14 tahun setelah Nabi Muhammad lahir.
Mush’ab adalah pemuda yang tampan dan parlente karena berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Pakaiannya adalah pakaian terbaik saat itu, dan aroma parfumnya kental sehingga ketika Mush’ab lewat aroma parfumnya masih tertinggal.
Di tengah kehdupan jahiliyah, Mush’ab mampu memebdakan mana yang haq dan mana yang batil. Mush’ab dengan sadar memeluk islam dan mendatangi Nabi Muhammad di rumah Al Arqam.
Mushab merupakan duta besar islam pertama yang dikirim oleh Rasulullah ke Madinah untuk mengajari penduduk Madinah yang telah memeluk islam. Selain itu juga menyiapkan Madinah sebagai tempat hijrah Rasulullah dan kaum muslimin.


10. Ubay bin Ka’ab
Ubay bin Ka’ab adalah sahabat yang berasal dari Anshar. Beliau disebut sebagai Qari’nya Rasulullah. Sahabat nabi ini memiliki dua nama kunyah. Yang pertama adalah Abu Mundzir, yang diberikan oleh Nabi, dan yang kedua adalah Abu Thufail, karena memiliki anak yang bernama Thufail.
Ubay termasuk sahabat yang pertama masuk islam yaitu pada saat baiat Aqobah yang kedua.
Kemulaiaan Ubay adalah beliau merupakan penulis wahyu pertama Rasulullah ketika di Madinah. Opsi kedua ketika Ubay tidak ada adalah Zaid bin Tsabit.


11. Abbas bin Abdul Muththalib
Abbas merupakan paman yang sangat dicintai Nabi Muhammad. Nabi pernah berkata bahwa Abbas adalah saudara kandung ayahnya, dan barang siapa yang menyakitinya sama saja dengan menyakitiku.
Pada zaman sebelum islam datang, Abbas adalah pengurus Masjidil Haram dan melayani kebutuhan makan dan minum para jamaah haji dan peziarah di tanah suci Mekkah. Karena beliaulah orang yang paling sukses dalam keturunan Abdul Muththalib.
Hal inilah menjadikan derajat bani Hasyim menjadi tinggi di kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah Islam datang, tradisi mulia ini semakin berkembang hingga ke Madinah
Dari anak keturunan Abbas inilah yang melahirkan sosok-sosok tangguh dalam membesarkan islam dalam kekhalifahan Abbasyiyah di Baghdad, Irak.


12. Abu Dzar Al Ghifari
Nama Asli Abu dzar adalah Jundub bin Junadah yang beraasal dari bani Ghifar. Suatu ketika Abu Dzar membawa sesajen untuk berhala yang diibadahinya berupa susu kambing.
Ketika sudah berdoa tak lama kemudian ada seekor anjing datang dan meminum susunya hingga habis. Setelah itu anjing tersebut kencing. Kejadian ini membuat Abu Dzar termenung dan berpikir.
Kalau unutk menolak mudhorot dirinya (berhala) sendiri saja tidak bisa, bagaimana bisa menolak mudhorot untuk saya. Maka dari itu Abu Dzar mengatakan bahwa beliau sudah islam sebelum berjumpa Nabi selama tiga tahun lamanya.
Hal tersebut artinya sudah ada kecenderungan pada agama tauhid yang dibawa oleh Nabi meskipun belum ada yang membimbing secara langsung.
Ketika di Mekkah, beliau disiksa oleh musyrikin Quraisy karena melantangkan syahadatnya di depan mereka. Kejadian tersebut berualang kali dan yang selalu meyelamatkan adalah Abbas bin Abdul Muththalib yang pada waktu itu belum memeluk islam.
Abbas mengatakan bahawa orang ini berasal dari bani Ghifar, jangan sekali-kali kalaian menyiksa bahakan sampai membunuh. Karena bani Ghifar adalah menjadi salah satu rute perdagangan kaum musyrikin dan sangat ditakuti.
Abu Dzar merupakan sahabat nabi yang zuhud dan sangat tawakkal. Beliau tidak tertarik sama sekali dengan dunia.
Ketika masa pemerintahan Utsman bin Affan, Abu Dzar yang merasa gelisah tentang dunia mengasingkan diri ke Rabadzah dekat dengan Iraq bersama istrinya hingga beliau wafat.
Ketika sedang sakaratul maut, istrinya sedih. Kemudian Abu Dzar berkata jangan kau bersedih, ini adalah saat yang kutunggu dimana pernah dikabarkan oleh Rasulullah.
Abu Dzar berpesan kepada istrinya kalau beliau meninggal minta diletakkan di pinggir jalan tempat lalu lalang musafir. Ketika beliau meninggal dan melaksanakan perintah Abu Dzar, ternyata yang sedang lewat adalah rombongan Abdullah binMas’ud.

Kemudian jenazah tersebut dirawat oleh Abdullah bin Mas’ud dan beliau teringat perkataan Rasullah bahwa semoga Allah merahmati Abu Dzar, dia berjalan sendirian, meninggal sendirian, dan dibangktkan dalam kesendirian pula.


13. Abbad bin Bisyr
Nama sahabat nabi yang lengkap ini adalah ‘Abbad bin Bisyr memiliki nama lengkap ‘Abbad bin Bisyr bin Waqsyi Al Ashali Al Khazraji. Beliau lahir pada tahun 33 sebelum hijriyah.
‘Abbad masuk islam melalui perantara duta besar pertama islam, yaitu Mush’ab bin Umair ketika Mushab pergi ke Madinah sebagai utusan Rasulullah.
Dikisahkan dalam musnad Ahmad tentang ‘Abbad bin Bisyr. Suatu ketika Rasulullah pulang dari jihad dan beristirahat pada suatu lembah. Ketika malam datang, rasulullah meminta dari para sahabat untuk ada yang menjaga.
Ditunjuklah Ammar bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyr. Kemudian mereka berdua berdiskusi untuk siapa duluan yang berjaga agar tidak mengantuk dua-duanya ketika menjaga.
Ketika ‘Abbad bertugas menjaga dan Ammar beristirahat, beliau memutuskan untuk mengisi malamnya dengan sholat. Ketika sedang khusuk dan menikmati sholatnya, ternyata ada musuh yang sedang mengintai dan melepaskan anak panah.
Anak panah tersebut kemudian menancap ke tubuh ‘Abbad. Lalu ‘Abbad mencabut anak panah dan melanjutkan sholatnya. Darah sudah mulai mengucur. Kejadian tersebut terjadi berulang hingga tiga kali dan beliau tetap melanjutkan sholatnya.

Ketika darah sudah mengucur dan menggenang dimana-mana, beliau akhirnya membangunkan Ammar dan terkagetlah Ammar. Kemudian Ammar berkata mengapa engkau tidak membangunkan dari tadi.
‘Abbad menjawab “sesungguhnya saya tidak suka memotong kenikmatan bersama Qur’an”.


14. Ammar bin Yasir
‘Ammar bin Yasir bin Amir Al Kinani bersama ayah dan ibunya, Sumayyah, termasuk golongan yang pertama masuk islam. Masuk islamnya golongan-golongan awal pada awal islam diajarkan mengakibatkan siksaan yang amat pedih.
Kehidupan Rasulullah adalah dituntun oleh wahyu. Pada awal-awal islam turun, Rasulullah belum diperintahkan oleh Allah unutk memberikan perlawanan kepada musuh-musuh Allah. Perintah yang diberikan adalah sabar dan sabar.
Keluarga ‘Ammar yang miskin yang dianggap rendah oleh para orang-orang Quraisy saat itu menjadikan mereka menjadi bulan-bulanan bani Makhzum, yang menyiksa keluarga ‘Ammar.
‘Ammar dan keluarganya disiksa dengan siksaan yang amat pedih dengan harapan agar mereka semua mau meninggalkan islam. Namun karena keteguhan iman mereka semua, mereka tetap berpegang teguh pada agama Nabi Muhammad.
Suatu hari rasulullah melewati keluarga ‘Ammar dan mendengar rintihan Yasir sambil berkata, “Apakah penderitaan ini sepanjang masa?”. Kemudian Rasulullah berkata, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir,  Tempat kalian nanti adalah si surga.”

Sumayyah, ibunda ‘Ammar, merupakan syahid pertama dalam islam. Beliau dibunuh oleh Abu Jahal dengan tombak karena tetap kokoh pendirian dalam islam.
Beberapa waktu kemudian Yasir, ayahanda ‘Ammar pun syahid karena tubuhnya sudah tidak kuat menahan beban sakit akibat disiksa kaum musyrikin.


15. Abdullah bin Umi Maktum
Abdullah bin Umi Maktum adalah salah seorang dari dua muadzin Nabi Muhammad. Beliau merupakan muadzin ketika sholat subuh dan Bilal bin Rabah adalah muadzin ketika waktu sholat tahajud yang saat ini jarang kita temui.
Abdullah bin Umi Maktum merupak salah satu sahabat nabi yang masuk islam pada masa golongan awal. Beliau memiliki kekurangan fisik berupa buta sejak kecil.
Keistimewaan Abdullah bin Umi maktum adalah beliau sangat cinta dengan Al-Quran dan suka belajar. Suatu ketika beliau mendatangi Nabi Muhammad dengan tujuan untuk mendapat ilmu dari Rasul.
Saat itu Rasulullah sedang menghadapi pembesar Quraisy dan mengaharapkan dari mereka masuk islam sehingga mengabaikan Abdullah bin Umi Maktum. Kemudian turunlah ayat dari Allah yaitu surat ‘Abasa ayat 1-16.
Inti ayat yang turun tersebut adalah teguran kepada Rasulullah karena mengabaikan Abdullah bin Umi Maktum.


16. Abu Sa’id Al Khudri
Abu Sa’id Al Khudri memiliki nama asli Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khazraji. Beliau merupakan orang ketujuh terbanyak yang meriwayatkan hadits, yaitu sekitar 1.170 hadits. Karena itu, beliau menjadi salah satu rujukan bagi orang yang ingin belajar islam pada zaman dahulu.
Abu Sa’id lahir 10 tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Saat dewasa, Beliau aktif dalam peperangan. Menurut Ibnu Katsir, Abu Sa’id tercatat mengikuti 12 kali peperangan.


17. Abu Darda’
Nama sahabat nabi yang asli ini adalah Abu Darda’ adalah ‘Uwaimir bin Zaid bin Qais. Beliau merupakan orang yang zuhud dan tidak berminat pada dunia sebagaimana Salman Al Farisi.
Ada cerita menarik sebagaimana dijelaskan dalam kitab Riyadhus Shalihin tentang pertemuan antara Salman dan Abu Darda’. Suatu ketika Salman berkunjung ke rumah Abu Darda’. Keduanya dalam kondisi sedang berpuasa sunnah.
Abu Darda’ kemudian menyambut Salman sebagaiman sunnah menyambut tamu dengan menyuguhkan makanan. Salman sangat tahu kebiasaan Abu Darda’ karena sudah lama dipersaudarakan oleh Rasulullah  yaitu beliau suka berpuasa. Kemudian Salman tidak mau makan kalau Abu Darda’ tidak ikut makan.
Ketika malam datang, Abu Darda’ minta izin untuk menunaikan sholat malam lebih awal sesuai kebiasannya. Kemudian Salman melarangnya dan meminta Abu Darda’ tidur.
Ketika Salman sudah mulai tertidur, Abu Darda’ diam-diam ingin bangun untuk sholat dan disadari oleh Salman. Kemudian beliau diminta Salman unutk tidur lagi.
Ketika sudah sepertiga malam, Abu Darda’ bangun unutk menunaikan sholat dan dibiarkan oleh Salman. Kemudian Salamna berkata bahwa semua memiliki hak, hak Rabb, hak dirimu, dan hak keluargamu, maka penuhilan semua hak-hak tersebut.

Pagi harinya beliau mengadukan perilaku Salman yang sangat mengusik hatinya tersebut. Kemudian Rasulullah membenarkan apa yang dikatakan Salman Al Farisi.


18. Abdurrahman bin Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar adalah adalah salah satu wujud kepribadian bangsa Arab yang dalam ilmunya. Ketika Abu Bakar masuk islam, Abdurrahman masih tenggelam dalam kekafiran.
Abdurrahman merupakan sosok yang sangat kokok dan keras kepala dalam membela berhala-berhala jahiliyahnya.
Pernah ketika perang Badar, sebelum perang dimulai seperti biasanya akan dilakukan duel satu lawan satu terlebih dahulu. Abdurrahman maju dari pihak musyrikin dan menantang lawan dari pihak muslimin.
Awalnya Abu Bakar hendak maju meladeni tantangan anaknya tersebut sebelum dilarang oleh Rasulullah dan para sahabat.
Ketika masuk islam, sebagaimana sebelumnya, kini beliau menjadi sosok sahabat nabi yang sangat tangguh dalam membela islam. Sejak saai itu beliau berjuang untuk mengejar ketinggalannya selama ini.


19. Imran bin Hushain
Sahabat Nabi yang satu ini memiliki nama lengkap Imran bin Hushain bin Ubayd. Beliau masuk islam ketika perang khaibar terjadi pada tahun 7 H.
Pada zaman Umar bin Khattab, beliau diutus ke Bashrah dalam rangka unutk mengajarkan islam. Hasan Al Bashri dan Ibnu Sirrin pernah berkata bahwa “Tidak ada seorangpun sahabat Nabi yang pernah diutus ke Bashrah yang dapat mengungguli Imran bin Hushain.”


20. Hudzaifah bin Yaman
Hudzaifah merupakan sahabat nabi yang ketika perang Khandaq ditunjuk sebagai mata-mata ke medan musuh. Beliau secara khusus diminta Rasulullah unutk mencari informasi tentang kondisi musuh apakah menyerah atau akan melenjutkan perang.
Saat itu kondisinya angin sangat kencang, udara dingin, dan malam gelap gulita. Hudzaifah diminta tidak melakukan apapun selain mencari informasi. Setelah sampai di medan musuh, beliau melihat Abu Sufyan pemimpin Quraisy yang saat itu belum masuk islam.
Dalam hati beliau berkata seandainya saja aku lepaskan anak panahmu, niscaya akan terbunuhlah Abu Sufyan secara nyata dan kaum muslimin akan menang. Namun kemudian beliau teringat pesan Nabi untuk hanya mencari informasi, tidak yang lain.
Setelah mengetahui informasi kalau musuh akan pulang, Hudzaifah kemudian bergegas kembali dan menceritakannya kepada Nabi Muhammad.
Di suatu waktu, terdapat banyak orang-orang munafik bermunculan di Madinah. Nabi Muhammad yang mengetahui atas petunjuk Allah menunjuk Hudzaifah sebagai orang kepercayannya sehingga Hudzaifah disebut sebgai shohibus sirri.
Nabi memberitahukan nama-nama orang munafik tersebut dan tidak ada seorang pun yang tahu selain beliau. Kemudian Rasulullah  meminta Hudzaifah mengawasi mereka agar tidak membahayakan ummat.

Umar bin Khattab yang mengetahui hal itu sangat gelisah, jangan-jangan Umar masuk golongan orang munafik. Beliau sampai berulang kali bertanya kepada Hudzaifah, dan akhirnya dijawab bahwa beliau tidak termasuk.
Ketika ada kaum muslimin yang meninggal, Umar selalu bertanya kepada Hudzaifah. Apabila Hudzaifah mau menyolatkan maka Umar akan ikut menyolatkan, Dan begitupula sebaliknya.


21. Abu Musa Al Asy’ari
Nama sahabat Nabi ini adalah Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadhdhar bin Harb Al Asy’ari Al Yamani. Abu Musa memiliki ketulusan, kecerdasan, suara indah, dan pengetahuannya tentang ajaran islam yang melampaui sahabat yang lainnya.
Sebelum masuk islam, ketka sedang berdagang dari negeri Yaman, Abu Musa mendengar nama Nabi Muhammad dan menjadi tertarik. Singkat cerita kemudian beliau bertemu Nabi dan Bersyahadat.
Kemudian Abu Musa kembali pulang ke Yaman unutk berdakawah kepada keluarga dan kaumnya. Dakwahnya tersebut menghasilkan 50 orang yang masuk islam. Setelah itu, semua menuju Mekkah untuk bertemu Rasulullah.
Namun ditengah perjalanan, kapal yang mereka tumpangi terdampar ke Habasyah. Musibah ini malah mengantarkan mereka bertemu kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah.
Setelah itu, Abu Musa bersama rombongan menuju Madinah untuk mbertemu Nabi. Sebelumnya Nabi mengabarkan kepada para muslimin Madinah bahwa akan datang rombongan orang yang berhati lembut. Secara khusus ini adalah pujian bagi para warga Yaman.
Ketka di Madinah, Abu Musa belajar di Majlis Rasulullah. Karena kecerdasannya, Abu Musa dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh Nabi melebihi dari sahabat yang lebih dulu masuk islam.
Kemudian Abu Musa diutus Rasulullah bersama Ali bin Abi Thalib dan Muadz bin Jabal untuk mengajarkan islam di Yaman.
Menurut sejarah, karena kecerdasan dan keahliannya dalam hukum agama, beliau disebut sebagai hakim terbaik Rasulullah setelah Umar bin Khaththab, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Tsabit.


22. Al Barra’ bin Malik
Al Barrra’ merupakan saudara dari Anas bin Malik, pelayan Nabi Muhammad. Sahabat Nabi yang satu ini namanya terkenal karena keberaniannya, nyalinya, dan tekadnya yang besar.
Salah satu prestasinya adalah beliau telah berhasil membunuh kurang lebih 100 kaum musyrikin dalam duel satu lawan satu di medan perang. Jumlah tersebut belum termasuk orang yang dihabisi di medan perang yang lainnya.
Kisah kepahlawanannya yang harum adalah ketika Al Barra’ memerangi kaum muslimin yang murtad sepeninggal Nabi Muhammad. Setelah rasulullah wafat banyak yang berbondong-bondong keluar islam sebagaimana dulu berbondong-bondong masuk islam.


23. Abdullah ibnu Rawahah
Abdullah bin Rawahah Al Anshari Al Khazraji merupakan orang yang pandai bersyair dan menulis. Beliau termasuk salah satu dari 12 orang yang masuk islam pertama kali dari Anshar.
Sahabat nabi ini selalu mengikuti perang di zaman Raulullah, terutama perang-perang besar seperti perang Badar, Uhud, Khandaq. Beliau juga mengikuti perjanjian Hudaibiyah yang dijamin surga oleh Allah.
Sepanjang beliau mengikuti peperangan, akhirnya beliau wafat ketika perang Mu’tah melawan pasukan Romawi. Beliau menjadi salah satu dari tiga panglima yang syahid pada perang tersebut setelah Zaid bin Haritsah, dan Ja’far bin Abu Thalib.


24. Abdullah ibnu ‘Umar
Abdullah ibnu Umar adalah saudara kandung dari Hafshah anak dari Umar bin Khaththab. Beliau lahir 10 tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Ketika Nabi wafat, Abdullah bin Umar kira-kira berusia 20 tahun.
Beliau merupakan periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah yaitu dengan 2.630 hadits. Karena Ibnu Umar sering berada dirumah Nabi. Itulah yang menyebabkan beliau banyak meriwayatkan hadits.
Kata Aisyah Radhiyallahuanha, orang yang banyak mengikuti jejak-jejak Nabi adalah Abdullah ibnu Umar.


25. Abdulah bin Abbas
Nama lengkap sahabat Nabi ini adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muththalib atau biasa dipanggil dengan nama Ibnu Abbas. Beliau berjumpa dengan Rasulullah sejak usia 8 tahun hingga 12 tahun.
Ibnu abbas cilik sangat beruntung karena mendapat banyak didikan langung dari Rasulullah.
Ibnu Abbas ini adalah cikal bakal seorang yang luar biasa. Mulai dari keholehannya, ilmunya, kekuatannya, keahliannya, dan kepemimpinannya. Di umur 15 tahun beliau sudah diangkat oleh Umar bin Khaththab sebagai staf ahli khilafah.
Ketika ada permasalahan besar, Ibnu Abbas adalah tempat untuk mendapatkan fatwa.


26. Abdullah ibnu Zubair
Beliau merupakan Anak dari Zubair bin Awwam, yang sudah dijamin surga, dan Asma’ binti Abu Bakar. Abdullah bin Zubair merupakan anak pertama yang lahir dari kaum muhajirin yang lahir di Madinah.
Ibnu Zubair sudah belajar islam sejak kecil dan kecerdasannya selalu dipuji oleh Rasulullah. Selain itu beliau memiliki fisik yang perkasa.
Abdullah bin Zubair telah menganal perang sejak usia 12 tahun. Ketika itu beliau mengikuti perang bersama ayahnya pada perang Yarmuk.
Suatu ketika ketika ibnu Zubair sedang berkumpul dengan saudara dan temannya, mereka lalu mengutarakan impiannya. Ketika itu Abdullah bin Zubair mengutarakan bahwa ia ingin menjadi Khalifah.
Dan terbukti, berkat kecerdasan, keperkasaan, kepemimpinan, dan lainnya, beliau kemudian menjadi khalifah Hijjaz selam kuirang lebih 9 tahun.
Pada saat kepemimpinannya, banyak pemberontak yang muncul. Salah satu yang terbesar adalah berasal dari Syam.
Di dalam Tarikh Khulafa’ karya Imam Suyuthi, pemerintahan Ibnu Zubair dikepung oleh musuh selama beberapa bulan sebelmu akhirnya Ibnu Zubair dibunuh dengan cara disalib.


27. Abdullah bin Amr bin Ash
Abdullah bin Amr bin Ash dilahirkan pada tahun ke 7 kenabian. Ketika Rasulullah wafat, beliau berumur sekitar 17 tahun.
Beliau berasal dari keluarga bangsawan terpandang. Beliau masuk islam terlebih dahulu dibandingkan ayahnya. Disaat kebanyakan orang lain masih buta huruf, ibnu Amr bin Ash sudah pandai baca tulis.
Abdullah bin Amr bin Ash merupakan orang yang zuhud dan gemar beribadah. Sampai-sampai ketika setelah menikah, beliau masih tersibukkan dengan ibadah-ibadah yang biasa dilakukan selagi masih bujang.
Kegemaran sahabat nabi yang satu ini adalah menulis apa pun yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Abu Hurairah pernah berkata bahwa diantara sahabat tidak ada yang menyamaiku dalam meghafal hadits kecuali Ibnu Amr bin Ash.
Karena beliau selalu mencatat apa saja yang disabdakan nabi, dan Abu Hurairah hanya mengandalkan ingatan.


28. Muadz bin Jabal
Muadz bin Jabal merupakan salah satu orang Anshar yang masuk islam pada perjanjian Aqabah kedua.
Kelebihan Muadz yang paling menonjol adalah dalam ilmu fiqih. Rasulullah pernah bersabda, “Umatku yang paling tahu akan yang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal.”


29. Jabir bin Abdillah
Jabir bin Abdillah bin Amr bin Hamran Al Anshari masuk islam pada masa baiat Aqabah yang kedua. Beliau tercatat  meriwayatkan hadits sebanyak 1.540 hadits.



Zainudin Zidane

Instrument sholawatan ( cover )


ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016


LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Alumni lusiana 93

Favorit


11_2019

Sang Pembela Sunnah dan Hadits Nabi


Nama dan Nasab

Beliau bernama Muhammad dengan kunyah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau, yaitu Hasyim bin al-Muththalib.


Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi’, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi’i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi’, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.


Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi’i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi’i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala’ saja. Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kunyahUmmu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi’i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.



Waktu dan Tempat Kelahirannya

Beliau dilahirkan pada tahun 150. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.


Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.


Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.


Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu

Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi’bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi’i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, ‘Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.’” Dan ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru.


Setelah rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.


Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan pengembaraannya mencari ilmu.


Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ -yang masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin ‘Uyainah -ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa’ Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran.


Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma’il bin Ja’far, Ibrahim bin Sa’d dan masih banyak lagi.


Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan -satu hal yang selalu dihadapi oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah.


Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi’i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi’i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat sulit.


Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu’, padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi’ah. Bahkan Imam Syafi’i menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta ‘Utsman , dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab mereka.


Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi’i berusaha memberikan penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.


Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma ‘il bin ‘Ulayyah dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal.


Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat kepada Imam Syafi’i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar-khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, Ar-Risalah.


Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut-nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja.


Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah.

Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara Imam Syafi’i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh -yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka.


Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi’i kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya di sana.


Keteguhannya Membela Sunnah

Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, “Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits.


Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka.” Imam Ahmad berkata, “Bagi Syafi’i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya.” Al-Mazani berkata, “Merupakan madzhab Imam Syafi’i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.” Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.


Wafatnya

Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.


Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi’i, sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus.”


Karangan-Karangannya

Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.


Sumber:
1.       Al-Umm, bagian muqoddimah hal. 3-33
2.       Siyar A’lam an-Nubala’
3.       Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi’, terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi ‘i fi Itsbat al-‘Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi ‘i, Cirebon
***
Sumber: Majalah Fatawa
Penyusun: Ustadz Arif Syarifuddin
Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id


Instrument sholawatan ( cover )


ADITYA RIZA PRADANA

 BRAHUL DOT COM

 ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

 Griya Suradita Indah

 MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )
  
Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

 aditya riza pradana

 Gepeng Tea

 Album Sings Legends 2016


 LUCU DOT COM

 Dangdut Sings Legends

 Alumni lusiana 93

 Favorit



11_2019


Mengenal Imam Bukhari



Muhammad bin Hatim Warraq Al-Bukhari rahimahullah menceritakan, “Aku bermimpi melihat Bukhari berjalan di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap kali Nabi mengangkat telapak kakinya maka Abu Abdillah (Bukhari) pun meletakkan telapak kakinya di situ.” (Hadyu Sari, hal. 656)


Nama dan Nasabnya
Beliau bernama Muhammad, putra dari Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi, biasa dipanggil dengan sebutan Abu ‘Abdillah. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at 13 Syawwal 194 H di Bukhara (Bukarest). Ketika masih kecil, ayahnya yaitu Isma’il sudah meninggal sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu. Ghinjar dan Al-Lalika’i menceritakan bahwa ketika kecil kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya.” Pagi harinya dia dapati penglihatan anaknya telah sembuh (lihat Hadyu Sari, hal. 640)


Sanjungan Para Ulama Kepadanya
Abu Mush’ab rahimahullah (di dalam cetakan tertulis Abu Mu’shab, sepertinya ini salah tulis karena dalam kalimat sesudahya ditulis Abu Mush’ab, pent) Ahmad bin Abi Bakr Az Zuhri mengatakan, “Muhammad bin Isma’il (Bukhari) lebih fakih dan lebih mengerti hadits dalam pandangan kami daripada Imam Ahmad bin Hambal.” Salah seorang teman duduknya berkata kepadanya, “Kamu terlalu berlebihan.” Kemudian Abu Mush’ab justru mengatakan, “Seandainya aku bertemu dengan Malik (lebih senior daripada Imam Ahmad, pent) dan aku pandang wajahnya dengan wajah Muhammad bin Isma’il niscaya aku akan mengatakan: Kedua orang ini sama dalam hal hadits dan fiqih.” (Hadyu Sari, hal. 646)

Qutaibah bin Sa’id rahimahullah mengatakan, “Aku telah duduk bersama para ahli fikih, ahli zuhud, dan ahli ibadah. Aku belum pernah melihat semenjak aku bisa berpikir ada seorang manusia yang seperti Muhammad bin Isma’il. Dia di masanya seperti halnya Umar di kalangan para sahabat.” (Hadyu Sari, hal. 646)

Muhammad bin Yusuf Al Hamdani rahimahullah menceritakan: Suatu saat Qutaibah ditanya tentang kasus “perceraian dalam keadaan mabuk”, lalu masuklah Muhammad bin Isma’il ke ruangan tersebut. Seketika itu pula Qutaibah mengatakan kepada si penanya, “Inilah Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, dan Ali bin Madini yang telah dihadirkan oleh Allah untuk menjawab pertanyaanmu.” Seraya mengisyaratkan kepada Bukhari (Hadyu Sari, hal. 646)

Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan, “Negeri Khurasan belum pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma’il.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Bundar Muhammad bin Basyar rahimahullah mengatakan tentang Bukhari, “Dia adalah makhluk Allah yang paling fakih di zaman kami.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Hasyid bin Isma’il rahimahullah menceritakan: Ketika aku berada di Bashrah aku mendengar kedatangan Muhammad bin Isma’il. Ketika dia datang, Muhammad bin Basyar pun mengatakan, “Hari ini telah datang seorang pemimpin para fuqoha’.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Muslim bin Hajjaj rahimahullah -penulis Shahih Muslim, murid Imam Bukhari– mengatakan, “Aku bersaksi bahwa di dunia ini tidak ada orang yang seperti dirimu (yaitu seperti Bukhari).” (Hadyu Sari, hal. 650)


Kekuatan Hafalan Imam Bukhari dan Kecerdasannya
Muhammad bin Abi Hatim Warraq Al Bukhari menceritakan: Aku mendengar Bukhari mengatakan, “Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis (kuttab).” Aku berkata kepadanya, “Berapakah umurmu ketika itu?” Dia menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah lulus dari Kuttab, aku pun bolak-balik menghadiri majelis haditsnya Ad-Dakhili dan ulama hadits lainnya. Suatu hari tatkala membacakan hadits di hadapan orang-orang dia (Ad-Dakhili) mengatakan, ‘Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.’ Maka aku katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.’ Maka dia pun menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, ‘Rujuklah kepada sumber aslinya, jika kamu punya.’ Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, ‘Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?’ Aku menjawab, ‘Dia adalah Az Zubair (bukan Abu Zubair, pen). Nama aslinya Ibnu Adi yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.’ Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, ‘Kamu benar’. Menanggapi cerita tersebut, Bukhari ini Warraq berkata, “Biasa, itulah sifat manusia. Ketika membantahnya umurmu berapa?” Bukhari menjawab, “Sebelas tahun.” (Hadyu Sari, hal. 640)

Hasyid bin Isma’il menceritakan: Dahulu Bukhari biasa ikut bersama kami bolak-balik menghadiri pelajaran para masayikh (para ulama) di Bashrah, pada saat itu dia masih kecil. Dia tidak pernah mencatat, sampai-sampai berlalu beberapa hari lamanya. Setelah 6 hari berlalu kami pun mencela kelakuannya. Menanggapi hal itu dia mengatakan, “Kalian merasa memiliki lebih banyak hadits daripada aku. Cobalah kalian tunjukkan kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis.” Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits tersebut. Lalu ternyata dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dia membacakan hadits-hadits itu semua dengan ingatan (di luar kepala), sampai-sampai kami pun akhirnya harus membetulkan catatan-catatan kami yang salah dengan berpedoman kepada hafalannya (Hadyu Sari, hal. 641)

Muhammad bin Al Azhar As Sijistani rahimahullah menceritakan: Dahulu aku ikut hadir dalam majelis Sulaiman bin Harb sedangkan Bukhari juga ikut bersama kami. Dia hanya mendengarkan dan tidak mencatat. Ada orang yang bertanya kepada sebagian orang yang hadir ketika itu, “Mengapa dia tidak mencatat?” Maka orang itu pun menjawab, “Dia akan kembali ke Bukhara dan menulisnya berdasarkan hafalannya.” (Hadyu Sari, hal. 641)

Suatu ketika Bukhari rahimahullah datang ke Baghdad. Para ulama hadits yang ada di sana mendengar kedatangannya dan ingin menguji kekuatan hafalannya. Mereka pun mempersiapkan seratus buah hadits yang telah dibolak-balikkan isi hadits dan sanadnya, matan yang satu ditukar dengan matan yang lain, sanad yang satu ditukar dengan sanad yang lain. Kemudian seratus hadits ini dibagi kepada 10 orang yang masing-masing bertugas menanyakan 10 hadits yang berbeda kepada Bukhari. Setiap kali salah seorang di antara mereka menanyakan kepadanya tentang hadits yang mereka bawakan, maka Bukhari menjawab dengan jawaban yang sama, “Aku tidak mengetahuinya.” Setelah sepuluh orang ini selesai, maka gantian Bukhari yang berkata kepada 10 orang tersebut satu persatu, “Adapun hadits yang kamu bawakan bunyinya demikian. Namun hadits yang benar adalah demikian.” Hal itu beliau lakukan kepada sepuluh orang tersebut. Semua sanad dan matan hadits beliau kembalikan kepada tempatnya masing-masing dan beliau mampu mengulangi hadits yang telah dibolak-balikkan itu hanya dengan sekali dengar. Sehingga para ulama pun mengakui kehebatan hafalan Bukhari dan tingginya kedudukan beliau (lihat Hadyu Sari, hal. 652)

Muhammad bin Hamdawaih rahimahullah menceritakan: Aku pernah mendengar Bukhari mengatakan, “Aku hafal seratus ribu hadits sahih.” (Hadyu Sari, hal. 654). Bukhari rahimahullah mengatakan, “Aku menyusun kitab Al-Jami’ (Shahih Bukhari, pent) ini dari enam ratus ribu hadits yang telah aku dapatkan dalam waktu enam belas tahun dan aku akan menjadikannya sebagai hujjah antara diriku dengan Allah.” (Hadyu Sari, hal. 656)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menuturkan bahwa apabila Bukhari membaca Al-Qur’an maka hati, pandangan, dan pendengarannya sibuk menikmati bacaannya, dia memikirkan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalamnya, dan mengetahui hukum halal dan haramnya (lihat Hadyu Sari, hal. 650)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas jasa-jasa beliau dengan sebaik-baik balasan dan memasukkannya ke dalam Surga Firdaus yang tinggi. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dapat melanjutkan perjuangannya dalam membela Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyebarkannya kepada umat manusia. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.


***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id



Instrument sholawatan ( cover )

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016


 LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Alumni lusiana 93

Favorit


Minggu, 03 November 2019

Lagu Lyrics Anji



Anji_Dia



Anji-Menunggumu

Instrument sholawatan ( cover )

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends
Alumni lusiana 93

Favorit