Selasa, 21 Juli 2015

Kampung Halamanku



Rindu Kampung Halaman yg Dulu

Kadang saya berpikir ingin kembali pada masa, dimana pesona kampung halaman yang dahulu.
padahal, masih ingat betul dalam ingatan saya dulu dibelakang rumah yg di penuhi dengan pohon bambu, terhampar persawahan yg sebagian hanya mengandalkan air hujan, Ranca manyar namanya, di kelilingi sebagian semak - semak dan pohon bambu hitam dan aliran air yang tidak begitu deras.
sedikit ke atas perbukitan yg tidak begitu tinggi terlihat hamparan daun - daun kacang tanah yg mulai tumbuh, yang dahulu masa kecil paling takut ke tempat ini karena bersebelahan dengan sawah dan pohon kacang ada sebuah kuburan cina, dimana kalau orang - orang keturunan cina tionghoa bila menguburkan keluarganya yg meninggal, kuburannya itu di buat begitu besar 2 kali lipat dari kuburan pada umumnya, apalagi kalau hari mulai sore....









Mungkin anda masih ingat luasnya perkebunan karet di sekitar wilayah serpong pada masanya.
dimana dengan rimbunnya pohon itu kita lebih kerasan bermain - main di bawahnya, tidak takut akan panasnya sinar mentari walaupun itu pada siang hari.
bermacam - macam permainan bisa kita buat dari pohon karet tersebut, kincir - kincir dari biji karet atau membuat mobilan dengan sisa sadapan karet yg tertinggal pada batangnya, adu biji karet permainan yg dahulu paling di gemari anak - anak mada zamannya.














Kincir - kincir dan adu biji karet
Saya kembali merenung pada masa kecil masih duduk di sekolah dasar, dimana waktu itu masih berdiri kokoh pabrik perkebunan karet PTP XI dengan bangunan - bangunan bekas peninggalan belanda, tersisa hanya lapangan bola, rumah - rumah yg dulu namanya bedeng, dahulu sebelah kiri masjid adalah sekolah TK dan samping lapangan adalah bangunan tinggi untuk menjemur karet, kebelakang adalah pabrik pengolah karet kemudian ke belakang lagi bangunan besar yg dahulu di pakai untuk rumah dinas pimpinannya, dan masih banyak bangunan - bangunan tua lainnya yg kini hanyalah tinggal ceritanya saja.
masih teringat di benak saya, di mana padawaktu masih kecil kira - kira usia 5 tahun saya menaiki anak tangga di bangunan tinggi untuk menjemur karet tersebut. Sesampai di tingkat atas saya tidak menyadari kalau sudah pada tingkat teratas untung ada petugas yg khusus menunggu bangunan itu, kemudian saya di bantu menuruni anak tangga hingga sampailah ke bawah.

Masih banyak cerita menarik lainnya masa kecil di kampung halamanku, seperti air terjun pelayangan :

Pekerja sedang menyadap karet
Ah sayang seribu sayang, pesona kampung halamanku kini hanyalah tinggal kenangan andai saja saya boleh meminjam mesin waktu, ingin rasanya saya mampir lagi ke masa itu.


Kini sebagian dari warga kampung halaman kita sendiri malah menginginkan sebaliknya, mereka berlomba - lomba mengeruk keuntungan kelompoknya sendiri dengan menjadi makelar tanah.
Berdalih untuk kepentingan umum, proyek pemerintah atau apalah sesuka mereka sendiri, apakah mereka tidak menyadari bahwasannya sebagian dari warga hanya memiliki sekian puluh meter saja, atau sabaliknya. mereka boleh menjual karena hak mereka sendiri tapi apa setelah menjual bisa untuk membeli atau membangun tempat tinggal kembali.
Karena apa..? 
Cobalah tanya pada diri anda sendiri

Cukup . . .
Cukup sudah hanya sebagian saja dari kampung halaman kita yang hilang, Mari kita bersama  - sama berangkulan seperti dahulu, seperti tulisan pada tembok yg tersisa itu.

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit