Minggu, 03 November 2019

KATA MUTIARA


















Instrument sholawatan ( cover )

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends
Alumni lusiana 93

Favorit




Cover Instrument















Instrument sholawatan ( cover )

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends
Alumni lusiana 93

Favorit




Instrument Sholawat ( cover )









Instrument sholawatan ( cover )

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends
Alumni lusiana 93

Favorit



Kamis, 12 September 2019

SHOLAWAT NABI




ADITYA RIZA PRADANA

Pecinta Sholawat Nabi Muhammad SAW


Arti suluk Kanan nabi..

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir:
“Ya Karim! Ya Karim!”
Rasulullah s.a.w. menirunya membaca
“Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”
Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:

“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya:
“Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan kenabiannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badui itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya:
“Wahai orang Arab! Ketahuilah’.. aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!”
Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.
“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:
“Wahal orang Arab! janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada tuannnya, Ketahuilah, ALLAH mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.
Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata:
“Ya Muhammad! ALLAH mengucapkan salam kepadamu dan berfirman: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih ALLAH. Ketahuilah bahwa ALLAH akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!”

Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Kemudian Rasululllah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun menyampaikan kabar dari Malaikat yang mulia Jibril Alaihissalam itu kepada arab badui.
Maka orang Arab itu pula berkata:

“Demi keagungan serta kemuliaan ALLAH, jika ALLAH akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya!” kata orang Arab badui itu.
“Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan ALLAH?”
Rasulullah bertanya kepadanya.
‘Jika ALLAH akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,’ jawab orang itu.
‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa mulia kedermawanannya!’

Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Karenanya Malaikat Jibril turun kembali seraya berkata:
“Ya Muhammad! ALLAH menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda:
Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa ALLAH tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. ALLAH sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!”. Setelah mendengar perkabaran itu Rasulullah pun mengabarkannya kepada arab badui dan alangkah senangnya orang Arab badui itu mendengar berita tersebut. la pun menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.
Subhanallah...
Semoga kita semua kelak bisa berkumpul bersama Rosulullah Muhammad SAW
Aamiin....


Imam Al-Qasthalani


Imam Al-Qasthalani dalam kitab Masalik al-Hanfa menuliskan :
“Ketahuilah, tidak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak RASULULLAH,  kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali sangat cinta kepada Nabi Saw, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi Saw kecuali dengan cara memperbanyak bacaan shalawat.

Sebab, barang siapa yang suka pada sesuatu, maka dia akan sering menyebut-nyebutnya. Karenanya, bagi seorang salik mesti memulai jalan spiritualnya dengan memperbanyak bacaan shalawat atas Nabi Muhammad saw.
Mengingat bacaan shalawat menyimpan keajaiban-keajaiban luar biasa dalam rangka pembersihan jiwa dan penerangan batin, di samping masih banyak lagi rahasia-rahasia dan faedah-faedah yang tidak mungkin dihitung oleh angka dan bilangan.

Seorang salik perlu memiliki hati ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah ketika membaca shalawat atas Nabi Saw, sehingga dia mampu memetik buah shalawat dan barakah-nya yang bertebaran. Shalawat di sepanjang perjalanan mencari Tuhan bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi hidayah yang dibutuhkan.
Barangsiapa yang menghiasi hatinya dengan lampu shalawat, maka dia akan mampu melihat segala hakikat tauhid berkat cahaya terang shalawat tersebut.” Aamiin Ya Allah