HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup.
Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja,...
Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia
akan mati, dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan
mati,
sebagian manusia menyangka
bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi.
Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan
kembali setelah mati. Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan
setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan
kepercayaan yang dipeluk dan diyakini. ....................................................... Tapi mengapa sebagian orang tidaklah menyadari akan ada kehidupan setelah mati,.... Di dunia mereka hanya berbohong kepada sesama,... Bukan sebaliknya,....... Harusnya mereka berbuat kebaikan di dunia ini.... Untuk bEKAL KITA jaga nanti di AKHERAT... Amin,............. ..................... Z@BIDIN / 5-2012
“Jika engkau bisa,......
Jadilah seorang ulama.
..............................
Jika engkau tidak mampu,.....
Maka jadilah penuntut ilmu.
.......................................................
Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu,......
Maka cintailah mereka.
.......................................................
Dan jika kau tidak mencintai mereka,............ Janganlah engkau benci mereka.” ............................... (Umar bin Abdul Aziz)
banyak pejabat sudah semakin erat dengan
konglomerat
banyak wakil rakyat sudah semakin jauh dari
umat
banyak nurani dan akal budi sudah semakin
sekarat
( hari ini
ingin rasanya
aku bertanya kepada mereka semua
sudahkah kalian
benar-benar merdeka ? )
rasanya
baru kemarin
tokoh-tokoh angkatan 45 sudah banyak yang koma
tokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang
terbenam
rasanya
baru kemarin
negeri zamrud katulistiwaku yang manis
sudah terbakar habis
dilalap krisis demi krisis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan
sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan
beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
rasanya baru kemarin
padahal sudah lebih
setengah abad kita merdeka
mahasiswa-mahasiswa penjaga nurani
sudah kembali mendobrak tirani
para oportunis pun mulai bertampilan
berebut menjadi pahlawan
politisi-politisi pensiunan
sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan
dalam reinkarnasi
rasanya
baru kemarin
tokoh-tokoh orde lama
sudah banyak yang mulai menjelma
tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru
rasanya
baru kemarin
pak harto sudah tidak menjadi tuhan lagi
bayang-bayangnya sudah berani persi sendiri
mester habibie sudah memberanikan diri
menjadi presiden transisi
bung harmoko sudah tak lagi
mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
gus dur muali siap madeg pandita
ustadz amin rais sudah siap jadi sang nata
mbak mega sudah mulai agak lega
mas surjadi sudah mulai jaga-jaga
( hari ini rasanya
aku bertanya kepada mereka semua
bagaimana rasanya merdeka )
rasanya baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita
merdeka
para jendral dan pejabat sudah saling
mengadili
para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
mereka kemarin yang dijarah
sudah mulai pandai meniru menjarah
mereka yang perlu direformasi
sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
mereka yang kemarin dipaksa-paksa
sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang kemarin dipojokkan
sudah mulai belajar memojokkan
rasanya baru kemarin
orangtuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku sudah menjadi politikus
aku sendiri sudah menjadi tikus
( hari ini
setelah lima puluh tiga tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama )
rasanya baru kemarin
ternyata sudah lima puluh tiga tahun kita
merdeka
( ingin rasanya
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa :
merdeka ! ) ..........8 Agustus 1998
SAJAK
ATAS NAMA
Ada yang atasnama Tuhan melecehkan Tuhan
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia
Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan
Maka atasnama apa saja atau siapa saja
Kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Dengan kasih sayang!
Rembang, Agustus 1997
PENCURI
Ada yang dicuri dari diriku
Sesuatu yang membuatku
Kemudian pun jadi pencuri
Diam diam dan terus menerus dicuri
dariku apa yang bisa dicuri
Diam diam dan terus menerus kucuri
apa yang bisa kucuri
Malam pun menjadi sahabat
Malu menjadi laknat.
Rasa ragu menjadi pengganggu
Rasa rindu menjadi penunggu
Aku dicuri setiap saat
Aku mencuri setiap sempat
Setiap kali
Dicuri diriku
Kucuri diriku
Sendiri.
1998
CINTAMU
bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku akan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka
yang berusaha mendekatiku
seolah olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimu
aku tak kemana mana
2005
GELAP BERLAPIS LAPIS
di dalam rumahku
sendiri
aku seperti nabi yunus
dalam perut ikan nun
dalam gelap relung laut
dalam gelap malam berkabut
dalam gelap hati
gelap berlapis lapis
memperdasyat sepi
o, bunda
siapakah mewariskan
berlapis lapis gelap
membalut diri
sedang aku kau lahirkan
dari cahaya cintamu
o, Tuhan
laa ilaaha illa anta
subhaanaka
innie kuntu minadh dhaalimien
hanya kepadamu wahai maha cahaya
di atas segala cahaya
kuadukan gelap berlapis lapis
termasuk bayang bayang
kebodohan sendiri
wahai mahasuci
pancarkanlah cahaya sucimu
yang pernah mensinarkan
berlapis lapis gelap
yang mengurung nabimu
laa ilaaha illa anta subhaanaka
innie kuntu minadh dhaalimien
1998
ADA APA DENGAN KALIAN
Kalian sibuk mengujarkan dan mengajarkan kalimat syahadat
Sambil terus mensekutukan diri kalian dengan Tuhan penuh semangat
Berjihad di jalan kalian
Berjuang menegakkan syariat kalian
Memerangi hamba hambaNya yang seharusnya kalian ajak ke jalanNya
Seolah olah kalian belum tahu bedanya
Antara mengajak yang diperintahkanNya
Dan memaksa yang dilarangNya
Kalian kibarkan Rasulurrahmah Al Amien dimana mana
Sambil menebarkan laknatan lil'aalamien kemana mana
Ada apa dengan kalian?
Mulut kalian berbuih akhirat
Kepala kalian tempat dunia yang kalian anggap nikmat
Ada apa dengan kalian?
Kalian bersemangat membangun masjid dan mushalla
Tapi malas memakmurkannya
Kalian bangga menjadi panitia zakat dan infak
Seolah olah kalian yang berzakat dan berinfak
Kalian berniat puasa di malam hari
Dan iman kalian ngeri
Melihat warung buka di siang hari
Kalian setiap tahun pergi umrah dan haji
Tapi kalian masih terus tega berlaku keji
Ada apa dengan kalian?
Demi menjaga tubuh dan perut kaum beriman dari virus keharaman
Kalian teliti dengan cermat semua barang dan makanan
Bumbu penyedap, mie, minyak, sabun, jajanan.
Rokok dan berbagai jenis minuman
Alkohol, minyak babi dan nikotin adalah najis dan setan
Yang mesti dibasmi dari kehidupan
Untuk itu kalian
Tidak hanya berkhotbah dan memasang iklan
Bahkan menyaingi pemerintah kalian
Menarik pajak produksi dan penjualan
Dan agar terkesan sakral
Kalian gunakan sebutan mulia, label halal
Tapi agaknya kalian melupakan setan yang lebih setan
Najis yang lebih menjijikkan
Virus yang lebih mematikan
Daripada virus alkohol, nikotin dan minyak babi
Bahkan lebih merajalela daripada epidemi
Bila karena merusak kesehatan, rokok kalian benci
Mengapa kalian diamkan korupsi yang merusak nurani
Bila karena memabokkan, alkohol kalian perangi
Mengapa kalian biarkan korupsi
Yang kadar memabokkannya jauh lebih tinggi?
Bila karena najis, babi kalian musuhi
Mengapa kalian abaikan korupsi
Yang lebih menjijikkan
Ketimbang kotoran seribu babi
Ada apa dengan kalian?
Kapan kalian berhenti membanguan kandang kandang babi
Di perut dan hati kalian dengan merusak kanan-kiri?
Sampai kalian mati dan dilaknati?
HANIEN
mestinya malam ini
bisa sangat istimewa
seperti dalam mimpi mimpiku
selama ini
kekasih, jemputlah aku
kekasih, sambutlah aku
aku akan menceritakan kerinduanku
dengan kata kata biasa
dan kau cukup tersenyum memahami deritaku
lalu kuletakkan kepalaku yang penat
di haribaanmu yang hangat
kekasih, tetaplah di sisiku
kekasih, tataplah mataku
tapi seperti biasa
sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan
sekian banyak yang ingin kuadukan
diambilalih oleh airmataku
kekasih, dengarlah dadaku
kekasih, bacalah airmataku
malam ini belum juga
seperti mimpi mimpiku
selama ini
malam ini
lagi lagi kau biarkan
sepi mewakilimu.
Rembang, 1999
PERSIMPANGAN
Terperangkap aku di persimpangan ini,
Termangu-mangu diri ini
Ke mana harusku melangkah pergi
Kupandang kanan kupandang kiri
Kemana harus kumelangkahkan kaki
Lorong mana harus kuredahi
Di hadapanku lorong-lorong penuh onak duri
Keliru dan takut menyelubungi diri,
Setapak kumelangkah pasti tertusuk duri,
Bisanya menular merana diri
Namun, terpaksa jua kumelangkah pergi
Meneruskan sisa perjalanan hidup ini
Sekeping
hati pendam sejuta rasa,
Sesekali kurasa tiada termampu lagi mengendong rasa, Kepingin kukongsi rasa namun tiada kuterdaya Tiada kumahu ada insan terluka Kukorbankan sekeping hati dan sekujur raga, Demi insan-insan yang amat dicinta Lantas kuputus pendam selamanya,
Biar
saja rasa bersemi di lubuk hati,
Biar saja sengsara hanya sendiri, Biar saja luka sendiri kurawati, Biar saja air mata membasahi pipi, Biar saja semadi bersama jasad ditelan bumi, Biar saja hanya Al ‘Alim tahu hakikat sekeping hati,
PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun
depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu
tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat
wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah
“Saya mohon ampun
kepada Allah Yang Maha Besar, tiada Tuhan melainkan Dia, yang senantiasa hidup
lagi mengurus segala sesuatu dengan sendiri-Nya, dan saya bertobat kepada-Nya.”
2. Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalahu, lahul
mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadii
Artinya :
“Tidak ada Tuhan yang
wajib disembah kecuali Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah
yang mempunyai kekuasaan dan kerajaan yang memerintahkan, bagi-Nya segala
puji-pujian yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia berkuasa atas segala
sesuatu.”
3. ALLAHUMMA AJIRNA
MINANNAR
Artinya : Ya Allah,
lindungilah aku dari api neraka
“Aku
minta ampun kepada Allah “(dibaca tiga kali), “ Ya Allah, Engkau
pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan
Yang Maha Agung dan Maha Mulia “.
5. Baca Surat Al Fatihah.
6. ALLOHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QOYYUM. LAA TA'KHUDZUHUU
SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDH. MAN DZAL LADZII
YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIH. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHOLFAHUM.
WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN (dengung) 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A
KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDH. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL
AZHIIIM.
7. Ilaahii yaa rabbii.
Artinya :
“Ya Tuhan kami.”
8. Subhaanallaahi 33x
Artinya :
“Maha Suci Allah.”
33x
9. Al-hamdu lillaaahi 33x
Artinya :
“Segala puji bagi
Allah.” 33x
10. Allaaahu akbar 33x
Artinya :
“Allah Maha Besar.”
33x
111. Allaahu akbar kabiiraw wal-hamdu lillaahi katsiiraw
wa subhaanallahi bukrataw wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa
syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa ‘alaa kulli
syai’in qadiir.
Artinya :
“Allah Maha Besar
lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah dengan puji yang banyak.
Maha Suci Allah sepanjang pagi dan petang. Tidak ada Tuhan yang wajib disembah
kecuali Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang mempunyai
kekuasaan dan kerajaan yang memerintahkan, bagi-Nya segala puji-pujian yang
menghidupkan dan mematikan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.”
12. Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil
‘azhiim. Astagfirullaahal-‘azhiim.
Artinya :
“Dan tidak ada daya
upaya dan kekuataan melainkan dengan pertolongan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Mulia. Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.”
“Aku berlindung
kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Dengan nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam,
dengan pujian yang sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya dan memadai dengan
penambahan-Nya.”
2. Yaa rabbanaa
lakal-hamdu kamaa yambagii li jalaali wajhika wa ‘azhiimi sulthaanik.
Artinya :
“Wahai Tuhan kami,
hanya bagi-Mu segala puji, sebagaimana pujian itu patut terhadap kemuliaan-Mu dan
keagungan-Mu.”
“Ya Allah,
limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
berserta keluarganya.”
4. Allaahumma
rabbanaa taqabbal-minnaa shalaatanaa wa shiyaamana wa rukuu’anaa wa sujuudanaa
wa qu’uudanaa wa tadharru’anaa wa takhasysyu’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim
taqshiiranaa yaa Allaah yaa rabbal-‘aalamiin.
Artinya :
“Ya Allah, terimalah
shalat kami, puasa kami, rukuk kami, sujud kami,duduk rebah kami, khusyuk kami,
pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat ya
Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
5. Rabbanaa zhalamnaa
anfusanaa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin.
Artinya :
“Ya Allah! Kami telah
aniaya terhadap diri kami sendiri karena itu ya Allah jika tidak dengan
limpahan ampunan dan rahmat-Mu niscaya kami akan jadi orang yang sesat.”
6. Rabbanaa wa laa tahmil-‘alainaa
ishran kamaa hamaltahuu ‘alal-ladziina min qablinaa.
Artinya :
“Ya Allah Tuhan kami!
Janganlah Engkau pikul atas diri kami beban yang berat sebagaimana yang pernah
Engkau bebankan kepada orang yang terdahulu dari kami.”
7. Allaahumma innaa
nas’aluka salaamatan fid-diin, wa ‘aafiyatan fil jasadi, wa ziyaadatan
fil-‘ilmi, wa barakatan fir-rizqi, wa taubatan qablal-mauut, wa rahmatan
‘indal-mauut, wa magfiratam ba’dal-mauut, Allaahumma hawwin ‘alainaa fii
sakaraatil-mauut, wan-najaata minan-naar, wal ‘afwa ‘indal-hisaab.
Artinya :
“Ya Allah, ya Tuhan
kami, kami mohon keselamatan agama, kesehatan jasmani, bertambahnya ilmu, dan
berkah rezeki, dapat bertaubat sebelum mati, mendapatkan rahmat ketika mati dan
memperoleh ampunan setelah mati. Ya Allah, ya Tuhan kami, mudahkanlah kami pada
gelombang sakaratul maut,, serta memperoleh keampunan ketika dihisab.”
“Ya Allah Tuhan kami
, janganlah Engkau sesatkan kami sesudah mendapat petunjuk, berilah kami
karunia. Engkaulah Yang Maha Pemurah.”
9. Rabbanaghfir lanaa
wa li waalidiinaa wa li jamii’il-muslimiina wal-muslimaati wal-mu’miniina wal
mu’minaati al-ahyaa’i minhum wal-amwaat, innaka ‘alaa kulli syai’n qadiir.
Artinya :
“Ya Allah ya Tuhan
kami, ampunilah dosa kami dan dosa-dosa orang tua kami, dan bagi semua orang
Islam laki-laki dan perempuan, orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan
yang masih hidup dan yang sudah mati. Sesungguhnya Engkau Zat Yang Maha Kuasa
atas segala-galanya.”
10. Rabbanaa aatinaa
fid-dun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaban-naar.
Allaahummagfir lanaa
dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi’aatinaa wa tawaffana ma’al-abraar.
Artinya :
“Ya Allah Tuhan kami,
berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan
hindarkanlah kami dari siksaan api neraka.
Ya Allah ampunilah
dosa kami dan tutupilah segala kesalahan kami, dan semoga jika kami mati nanti
bersama-sama dengan orang-orang yang baik.”
“Maha Suci Engkau,
Tuhan segala kemuliaan. Suci dari segala apa yang dilakukan oleh orang-orang
kafir. Semoga kesejahteraan atas para rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan
seru sekalian alam.”
Sejarah perjuangan
umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad,
yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madienah (622-632M); Masa
Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa
Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada
tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M,
dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak
ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar
biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700
tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut,
kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.
Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental
dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi
tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap
al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami,
ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para
ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.
ERA RASULULLOH SAW (622-632M) DAN PERIODE DAULAT KHULAFAUR
RASYIDIN(632-661M)
Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada
taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah
persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madienah
(Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu
generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas
bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia
dan Mesir.
Seorang
ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam
satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan
perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun
baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat
pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad
El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu
keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Masa kerasulan Muhammad Saw pada
akhir periode Madienah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena
disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3).
Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt:“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali
Imran ayat 110).
PERIODE DAULAT UMAYYAH (661-750M)
Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa
orang Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680
M), Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M),
Umar bin Abdul Aziz (717- 720 M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743 M).
Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan
wilayah kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah
Utsman dan Khalifah Ali dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman Muawiyah, Tunisia
ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai
ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul.
Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke
timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik.
Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm,
Ferghana dan Samarkand.
Tentaranya bahkan sampai ke India
dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab
sampai ke Maltan.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin
Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan
ketertiban, dimana umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya
yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M
merupakan suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya,
benua Eropa. Setelah Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad,
panglima pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan
antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).
Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran
ekspansi selanjutnya. Ibu kota
Spanyol, Cordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu
kota-kota lain seperti Sevi'e, Elvira dan Toledo
yang dijadikan ibu kota
Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan
dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama
menderita akibat kekejaman penguasa. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan
dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh
Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang
Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kotaTours,
Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping
daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga
jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat,
wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas.
Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah
Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang
disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat
Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan startegis. Adalah
Khalifah Abdul Malik (685-705M) merupakan Khalifah pertama yang berhasil
melakukan berbagi pembenahan administrasi pemerintahan dimana beliau
memerintahkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan dan kenegaraan di seluruh wilayah Islam yang membentang dari
Pegunungan Thian Shan di sebelah Timur sampai Pegunungan Pyrenees di Sebelah
Barat termasuk dalam berbagai administrasi kenegaraan lainnya yang pada
perkembangan selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum sebagai bahasa
pengantar dunia (lingua franca), juga menjadi bahasa diplomatik antar Bangsa
diantara Barat dan Timur bahkan berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada
zaman renaissance, hingga Roger Bacon (1214-1294 M) dari Oxford ahli pikir Inggeris
terbesar itu, menurut Ecyclopedia Britanica, 1951, volume II, halaman 191-197,
mendorong sedemikian rupa untuk mempelajari Bahasa Arab guna memperoleh
pengetahuan yang sangat murni, yang menyatakan bahwa: “Roger Bacon, placing
Averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of Arabic as the
only way of getting the knowledge which bad versions obscured”, yakni
“menganjurkan mempelajari Bahasa Arab sebagai jalan satu-satunya bagi
memperoleh ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi yang jelek” sebelumnya.
Kemajuan tradisi intelektual dan ilmu pengetahuan pada zaman Daulat Umayyah di
Andalusia dirasakan oleh masyarakat Eropa. Oliver Leaman menggambarkan kondisi
kehidupan intelektual di sana
sebagai berikut:
“….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang
ingin mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu
banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan
jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan
masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan
tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, tehnik
dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa
universitas penting berada”.
Pada bidang lainnya, pembangunan yang
dilakukan Muawiyah diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu
dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.
Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada
masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi
tersendiri. Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Khalifah Abdul Malik
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di
daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada
tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah
Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) seorang
yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun
panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang
humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan
raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik,
gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia
perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan
Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari
Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di
dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan
melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula
jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan
kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa
pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah
Islam”.
PERIODE DAULAT ABBASIYAH (132H/750M s.d. 656H/1258 M)
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah
yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan
dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode: (1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut
periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M),
disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447
H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah.
Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa
khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di
sekitar kotaBagdad.
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih
memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
daripada perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan
Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains,
teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh
Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan
(keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad
mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara politis, para khalifah
betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat
dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun
Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat
mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat
merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya
dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para
penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga
banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan
Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan
sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan
berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi
didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.
Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid
mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini
sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa
administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa
ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang
empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i
(767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak
terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu
terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani,
Persia, India dan yang
lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775
M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi,
biologi, fisika dan sejarah.
Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh
motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari
unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam
proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.
Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode
kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang
terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya
untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih
jauh dari sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan
energi kreatif yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah
Islam merupakan periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan,
dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan
ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat
pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar
bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan
Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam
dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari
kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam
kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama dan
suku yang plural.
Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh
meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan,
tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan
dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit
pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut,
mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang
telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak
hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji
teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan
ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika
peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi
sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini
menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari
proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari
pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.
Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan
kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas),
compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di
Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat
pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’
History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak
menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.
Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan
yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya
para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti :
Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia;
Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi,
Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang
teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu
Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun
(sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui
dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran,
menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At
Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya
penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di
seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu
Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi
mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik,
mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa
latin: De Scienta Stellerum u De Numeris StellerumetMotibus,dimana
terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua
dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali
oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang
matematika (geometri dan trigonometri).
Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan
di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula
dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran,
penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang
sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman
renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan
ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup
masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya
pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada
sumber-sumber Arab.
Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi
kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul.
Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan
Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne
seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh
pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga
mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan
masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat
Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.
Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya
pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya
dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William
Drapper:
“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota
paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan
dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi
mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah
dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara
kondisi di London
7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris
berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada
saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.
Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah
kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang
Kristen pimpinan Charlemagne.
Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya
Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil
membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia.
Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah
pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa
internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia.
Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan
cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah
mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi
Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa
orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan
ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual
dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger
Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis
pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari
ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.
Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu
Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa
dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba
ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam
Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang
sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal
wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan
agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat
untuk melakukan hal yang sama.
Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu
dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan
Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa
dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia
guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah
Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra;
Aberald dari Bath;
Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para
ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi
penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian
sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke
seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para
pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim,
telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari
peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat)
yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu
pengetahuan.
Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan
dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam
yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada
abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo
mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai
berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku.
Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360
kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik
Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia
Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.
Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan
Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar
karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia,
kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya
yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).
Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova,
Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi
seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian
dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar
terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.
PERIODE SETELAH DAULAT ABBASIYAH SAMPAI TUMBANGNYA KEKHILAFAHAN TURKI
UTSMANI
Pada masa Khilafah Utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah
Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang
pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer,
sains dan politik.
Pasca berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut
dengan kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal
dengan sebutan Kesultanan atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani
Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 s.d. 1923) dipimpin
oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa
negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad.
Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi
dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16
dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan
angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara
perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad
20. Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan
ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret
1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa
Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry
(sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir
di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu
ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi
khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir.
BEBERAPA CATATAN PENTING
Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam
berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya
kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia
Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada
kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar
atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya
terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali
menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang
amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali
kejayaan Islam dan umatnya.
Kita dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi
pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem
kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang
peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan
gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain
sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama
wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada
aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan
peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu
kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah.
Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan
Daulat Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan
didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh
dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka, tetapi seburuk-buruk
kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah
tercerabutnya kehilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih
tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap
berbagai fatwa para ‘ulama.
Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi
cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya
dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.
Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13
M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses
peralihan dari peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa
pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi
terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih
disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran
kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja
hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian
dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam.
Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam
bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan
oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan
yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh
Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai
aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.
Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah
dikhawatirkan oleh Umar bin Kaththabr.a. saat beliau menjadi Khalifah, hal ini
sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah
disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah
pertempuran. Pada surat
itu ditulis pesan sebagai berikut:
“Umar bin Kaththab ra. telah menulis
sepucuk surat kepada
Sa’ad bin Abi Waqash r.a.: ‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada
seluruh pasukan yang kamu pimpin, agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa
kepada Alloh merupakan seutama-utamanya persiapan dan strategi paling kuat
dalam menghadapi pertempuran. Aku perintahkan pula kepadamu dan pasukan yang
kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat. Karena maksiat
yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada kekuatan
musuh, sebab engkau akan ditolong Alloh jika musuh-musuh Alloh telah berbuat
banyak maksiat, karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya kekuatan sebab
jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah pasukan mereka, dimana persiapan mereka
berbeda dengan persiapan yang kita lakukan. Jika kita sama-sama berbuat maksiat
sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka kekuatan musuh akan
semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat mengalahkan musuh kita jika
hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita miliki, kecuali dengan mengandalkan
ketaqwaan kita kepada Alloh dan senantiasa menjaga diri dari berbuat
maksiat...”
(Lihat
: Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid I, hlm. 101; Kitab Nihayatul Arab jilid VI, hlm.
168; Kitab Ikhbarul Umar wa Ikhbaru Abdullah bin Umar jilid I, hlm. 241-242;
Kitab Ikbasu min Ikhbarul Khulafa Ar-Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad tulisan
Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).