بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ Jangan Mengukur Dan Menilai Sesuatu Yang Tidak Tampak Apa Yang Dari Tampak Berasal Dari Apa Yang Tidak Tampak Dan Apa Yang Tampak Pada Diri Kita-Pun ....... Berasal Dari Yang Tidak Tampak Yaitu .... ALLAH SWT....... Hadiah Yang Terbesar Pernah Di Berikan Untukku Adalah ..... Cinta Seorang IBU....... ...................................... @Bidin
Untuk Ibu Pertiwi Bukit-bukit di negeriku kini tenggelam Oleh darah dan air mata Apa yang dapat dilakukan oleh seorang anaknya yang merantau? Untuk masyarakatnya yang sengsara? Apa pula gunanya keluh-kesah Seorang penyair yang sedang tidak di rumah? Seandainya rakyatku mati dalam pemberontakan menuntut nasibnya, Aku akan berkata “Mati dalam perjuangan Lebih mulia dari hidup dalam penindasan” Tapi rakyatku tidak mati sebagai pemberontak Kematian adalah satu-satunya penyelamat mereka, Dan penderitaan adalah tanah air mereka Ingatlah saudaraku, Bahawa syiling yang kau jatuhkan Ke telapak tangan yang menghulur di hadapanmu, Adalah satu-satunya jambatan yang menghubungkan Kekayaan hatimu dengan cinta di hati Tuhan.
Ya itulah sebuah puisi yang dibuat oleh seorang Khalil Gibran, penyair yang
terkenal dan hidup dari 1833 sampai 1931. benar-benar puisi ibu yang
dapat membuat kita menangis bukan?
Ibu Pertiwi…
Jika angin tak lagi
berhembus
Jika api tak lagi membara Jika ar tak lagi mengalir Jika tanah tak lagi membongkah Apa kita masih dapat berkata? Tentang hasrat dan milik Tentang jiwa dan rasa Tentang dunia yang dipijak nestapa Tentang duka menyelimuti langkah Ibu Petiwi… Masih adakah celah? Untuk menyimpan gelisah Untuk menyembunyikan langkah Tidak, Bu! Meskipun celah berongga Dada kita tetap menganga Meskipun jari tersembunyi Mata dan telinga tetap terjaga Ingatlah… Wahai Ibu Pertiwi Kami.., Putra putri bangsa akan melangkah Dalam langkah satu dan satu Bukan melompat Setelah itu kami terjerat!
Rasulullah Bersabda :
" Tiga Orang,. yang mereka itu tidak di ajak bicara Dan tidak di sucikan oleh Allah ( Pada hari kiamat ) dan mereka mendapat adzab yg pedih, yaitu : orang yg sudah beruban ( Tua ) yg melakukan zina, orang melarat yg congkak, dan orang yg menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli dan tidak pula menjual kecuali dengan bersumpah. " ( Hadits riwayat Ath-Thabrani dengan sanad shaih )
Setiap Lelaki
menginginkan wanita yang Baik, Kategori “Baik” masih sangat relatif.
Setiap Lelaki
menginginkan wanita yang Sholeha, Kategori “Sholeha” masih jauh tolak ukurnya.
Setiap Lelaki menginginkan
wanita yang Penurut, Kategori “Penurut ” masih sulit menjabarkanya.
Lalu bagaimana
memilih wanita yang dapat menghantarkan kita pada kebahagiaan dunia dan
akherat, mungkin beberapa hal tentang wanita dapat menjadi acuan yang pantas
untuk dilamar oleh seorang muslim.
1. Wanita itu disunahkan seorang yang penuh
cinta kasih. Maksudnya ia harus selalu menjaga kecintaan terhadap suaminya,
sementara sang suamipun memiliki kecenderungan dan rasa cinta kepadanya. Selain
itu, ia juga harus berusaha menjaga keridhaan suaminya, mengerjakan apa yang
disukai suaminya, menjadikan suaminya merasa tentram hidup dengannya, senang
berbincang dan berbagi kasih sayang dengannya. Dan hal itu jelas sejalan dengan
firman Allah Ta’ala, Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia
menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian
cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa
kasih dan saying. (ar-Ruum:21).
2. Disunahkan pula agar wanita yang dilamar
itu seorang yang banyak memberikan keturunan, karena ketenangan, kebahagiaan
dan keharmonisan keluarga akan terwujud dengan lahirnya anak-anak yang menjadi
harapan setiap pasangan suami-istri. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah
Ta’ala berfirman, Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhankami, anugerahkanlah
kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa’. (al-Furqan:74). Dalam sebuah hadits,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Menikahlah dengan
wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena
sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat
kelak. Demikian hadist yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa I, al-Hakim, dan ia
mengatakan, Hadits tersebut sanadnya shahih.
3. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu
seorang yang masih gadis dan masih muda. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan
dalam kitab Shahihain dan juga kiab-kitab lainnya dari hadits Jabir, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam pernah bertanya kepadanya, Apakah kamu menikahi seorang gadis atau
janda? dia menjawab,”Seorang janda.”Lalu beliau bersabda, Mengapa kamu tidak
menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat
mencumbuimu?. Karena seorang gadis akan mengantarkan pada tujian pernikahan.
Selain itu seorang gadis juga akan lebih menyenangkan dan membahagiakan, lebih
menarik untuk dinikmati akan berperilaku lebih menyenangkan, lebih indah dan
lebih menarik untuk dipandang, lebih lembut untuk disentuh dan lebih mudah bagi
suaminya untuk membentuk dan membimbing akhlaknya. Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda, Hendaklah kalian menikahi
wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim
yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan. Demikian
hadits yang diriwayatkan asy-Syirazi, dari Basyrah bin Ashim dari ayahnya, dari
kakeknya. Dalam kitab Shahih al_Jami’ ash_Shaghir, al-Albani mengatakan,
“Hadits ini shahih.”
4. Dianjurkan untuk tidak menikahi wanita
yang masih termasuk keluarga dekat, karena Imam Syafi’I pernah mengatakan,
“Jika seseorang menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka
kemungkinan besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah.”
5. Disunahkan bagi seorang muslim untuk
menikahi wanita yang mempunyai silsilah keturunan yang jelas dan
terhormat,karena hal itu akan berpengaruh pada dirinya dan juga anak
keturunannnya. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat
beragama, niscahya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).
6. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu
taat beragama dan berakhlak mulia. Karena ketaatan menjalankan agama dan
akhlaknya yang mulia akan menjadikannya pembantu bagi suaminya dalam
menjalankan agamanya, sekaligus akan menjadi pendidik yang baik bagi
anak-anaknya, akan dapat bergaul dengan keluarga suaminya. Selain itu ia juga
akan senantiasa mentaati suaminya jika ia akan menyuruh, ridha dan lapang dada
jika suaminya memberi, serta menyenangkan suaminya berhubungan atau
melihatnnya. Wanita yang demikian adalah seperti yang difirmankan Allah Ta’ala,
“Sebab itu, maka wanita-wanita yang shahih adalah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminyatidak berada di tempat, oleh karena Allah telah
memelihara mereka”. (an-Nisa:34). Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, “Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik
kenikmatannya adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim, Nasa’I dan Ibnu Majah).
7. Selain itu, hendaklah wanita yang akan
dinikahi adalah seorang yang cantik, karena kecantikan akan menjadi dambaan
setiap insan dan selalu diinginkan oleh setiap orang yang akan menikah, dan
kecantikan itu pula yang akan membantu menjaga kesucian dan kehormatan. Dan hal
itu telah disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits tentang
hal-hal yang disukai dari kaum wanita. Kecantikan itu bersifat relatif. Setiap
orang mempunyai gambaran tersendiri tentang kecantikan ini sesuai dengan selera
dan keinginannya. Sebagian orang ada yang melihat bahwa kecantikan itu terletak
pada wanita yang pendek, sementara sebagian yang lain memandang ada pada wanita
yang tinggi.
Sedangkan sebagian
lainnya memandang kecantikan terletak pada warna kulit, baik coklat, putih,
kuning dan sebagainya. Sebagian lain memandang bahwa kecantikan itu terletak pada
keindahan suara dan kelembutan ucapannya.
Demikianlah, yang
jelas disunahkan bagi setiap orang untuk menikahi wanita yang ia anggap cantik
sehingga ia tidak tertarik dan tergoda pada wanita lain, sehingga tercapailah
tujuan pernikahan, yaitu kesucian dan kehormatan bagi tiap-tiap pasangan.
Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid Jami’ At-Taubah. Dia adalah sebuah masjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di masjid itu ada seorang syeh pendidik yang alim dan mengamalkan ilmunya. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.
Saat itu ada pemuda yang bertempat di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak mempunyai makanan ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya pada kondisi semacam ini.
Masjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada disampingnya. Hal ini memungkinkan sesorang pindah dari rumah pertama sampai terakhir dengan berjalan diatas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah kerumah sebelah. Di situ dia melihat orang-orang wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.
Rumah-rumah dimasa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar dan sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada ditangannya dan saat itu dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berkata, ‘A’udzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di mesjid , pantaskah aku masuk kerumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?’ Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar, lalu dia menyesal dan beristigfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada ditangannya. Akhirnya dia pulang kembali ketempat semula. Lalu ia masuk kedalam masjid dan mendengarkan syeh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar dia tidak dapat memahami apa yang dia dengar.
Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tidak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan syeh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syeh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggillah ia dan syeh itu bertanya, ‘Apakah kamu sudah menikah?’, dijawab, ‘Belum,’. Syeh itu bertanya lagi, ‘Apakah kau ingin menikah?’. Pemuda itu diam. Syeh mengulangi lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat bicara, ‘Ya Syeh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?’. Syeh itu menjawab, ‘Wanita ini datang membawa khabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin’, kata syeh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokan. Syeh itu melanjutkan pembicaraannya, ‘Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya? Pemuda itu menjawab ‘Ya’. Kemudian Syeh bertanya kepada wanita itu, ‘Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?’, ia menjawab ‘Ya’. Maka Syeh itu mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syeh itu berkata, ‘peganglah tangan isterimu!’ Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya kerumahnya. Setelah keduanya masuk kedalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.
Sang isteri bertanya, ‘Kau ingin makan?’ ‘Ya’ jawabnya. Lalu dia membuka tutup panci didapurnya. Saat melihat buah terong didalamnya dia berkata: ‘heran siapa yang masuk kerumah dan menggigit terong ini?!’. Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, ‘Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu.
Wallahu a’lam
Kisah ini juga dikisahkan oleh Syaikh Ali ath Thanthawi, seperti yang tertera di dalam buku “90 Kisah Malam Pertama”, Penerbit Darul Haq.