Kamis, 20 April 2017

KISAH ISLAMI



Kisah Sebutir Korma Penghalang Terkabulnya Do’a



Sahabat dunia islam , 

dibawah ini adalah sebuah Cerita Teladan  dari Sebutir Korma Penghalang Terkabulnya Do’a semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita dibawah ini.
Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.
4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.
Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
“Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu.
“Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram,” jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal adzhim” ibrahim beristighfar.
Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “4 bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?” tanya ibrahim.
“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.
“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”. Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. “Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita, “Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.
“Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.”
“Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu.”
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh ibrahim.
4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. “Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.”
“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”
Dari cerita diatas menunjukan bahwa walaupun sebutir biji korma yang bukan hak kita tetapi kita ambil dan kita makan maka akibatnya bisa fatal. Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih baik tinggalkan bila ragu-ragu. Mencari rizki yang halal untuk keluarga kita.




Kisah Kejujuran Anak Penggembala Kambing















Sahabat dunia islam, Khalifah Umar bin Khattab merupakan sosok pemimpin setelah meninggalnya Rasulullah Muhammad SAW yang sangat disegani. Ini karena Umar terkenal sangat teguh menjaga amanah dan tidak mau menyimpang.
Kala itu, Umar sedang mengadakan perjalanan ke suatu tempat. di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seorang anak penggembala kambing.
Anak ini hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Dia pun hidup mengandalkan upah yang diperolehnya dengan menggembala kambing.
Melihat si anak itu, Umar kemudian ingin menguji apakah anak ini dapat bersikap jujur dan amanah. Maka, didekatilah si anak ini.
“Banyak sekali kambing yang kau pelihara. Semuanya bagus dan gemuk-gemuk. Juallah kepadaku barang satu ekor saja,” kata Khalifah Umar kepada si anak gembala.
“Saya bukan pemilik kambing-kambing ini. Saya hanya menggembalakan kambing-kambing ini dan memungut upah darinya,” kata anak gembala.
“jika kau jual pada ku, Katakan saja kepada majikanmu, kalau salah satu kambingnya dimakan serigala,” ucap Khalifah Umar.
Anak gembala itu terdiam. Sejenak kemudian, dia lalu berkata, “Di mana Allah? Di mana Allah? Jika tuan menyuruh saya berbohong, di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah tuan mau menjeruskan saya ke dalam neraka karena telah berbohong?”
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar menitikkan air mata. Dipeluknya anak gembala itu, lalu dia meminta agar si anak gembala itu mengantarkannya kepada sang majikan.
Setelah bertemu dengan majikan si anak gembala, Khalifah Umar kemudian menawar harga anak itu. Kesepakatan terjadi, dan si anak gembala ini dimerdekakan oleh Khalifah Umar.
Selain itu, Khalifah Umar juga membeli semua kambing yang digembalakan si anak tadi. Kambing-kambing itu kemudian diberikan kepada si anak gembala, dan menjadi hak penuh miliknya, sebagai hadiah atas kejujuran dan amanah si anak tadi.
Dari cerita diatas menunjukan bahwa kejujuran adalah nilai yang peling tinggi yang harus di pegang oleh kita semua. Walau ada kesempatan untuk menjual kambingnya tanpa sepengetahuan dari majikanya tetapi Allah maha tahu atas segala apa yang kita kerjakan didunia.




Dosa Diampuni Karena Memberi Makan Anak Kecil

Kisah Islami – Banyak sekali kisah inspirasi hidup yang bisa kita pelajari salah satunya Dosa Diampuni Karena Memberi Makan Anak Kecil. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW.

“Bukan termasuk dari golongan kami orang yg tak menyayangi anak kecil dan  tak menghormati orang tua (orang dewasa).” (HR. Hadits Tirmidzi No.1843)
Selain mendapat pengakuan sebagai umat dari Nabi Muhammad, juga akan dilebur dosa-dosanya walaupun itu besar.


Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya, Qâm‘uith Tughyân halaman 18 menjelaskan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah menceritakan, bahwa ada seorang tamu datang kepada bagina Nabi Muhammad untuk melaporkan bahwa ia telah melakukan perbuatan maksiat, dan meminta kepada Nabi agar memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa tamu tersebut.
Sebelum permintaan itu dipenuhi, Rasulullah pun bertanya kepada si tamu tersebut, “maksiat apa yang telah kamu lakukan?

“Saya malu mengungkapkan perbuatan masiat tersebut, Ya Rasulullah SAW,” Jawab si Tamu.
Kemudian Nabi mendesak, “Kenapa kau harus malu menceritakan di depan saya tentang dosa-dosa yang telah kamu perbuat, sedangkan kepada Allah swt. yang selalu memantaumu tidak malu?
Setelah itu Rasulullah meminta kepada si tamu untuk segera pergi. “Pergilah, sebelum api neraka datang ke sini karena ulah dosa-dosamu!”
Akhirnya si tamu tersebut pergi sambil menangis dengan perasaan sedih bercampur kecewa.
Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril datang dan menenggur Nabi, “Ya Muhammad janganlah membuat si tamu yang melakukan maksiat merasa sedih dan putus asa, karena si tamu sudah membayar kafarat (denda) atas dosanya, walaupun dosa tersebut besar”.
Nabi Muhammad pun bertaya, “Apa kafaratnya?
“Kafaratnya adalah anak kecil. Ketika tamu yang datang tadi tiba di rumahnya, tiba-tiba ada anak kecil mencegatnya dan meminta sesuatu yang bisa dimakan. Akhirnya tamu itu memberikan makanan. Lantas anak itu pergi dengan perasaan senang dan bahagia. Itulah kafarat atas dosa si tamu,” jelas Malaikat Jibril kepada Rasulullah.

Sumber : nu.or.id



Amalan Sayidina Umar yang Membawanya ke Surga

Dari Ahmad Mundzir
Sahabat dunia islam, seperti yang di kutip dari NU.or.id Usai Sayyidina Umar wafat, ada salah seorang yang bermimpi bertemu beliau. Ia bertanya “wahai Umar, apa yang dilakukan Allah kepadamu?”

Umar menjawab, “Allah telah mengampuniku”.
“Apakah karena keadilanmu?”

“Bukan”
Padahal sebagaimana kita ketahui, sahabat Umar adalah seorang khalifah yang tegas berprinsip dan adil dalam memberi keputusan.

Namun ternyata beliau masuk surga bukan karena amalnya. Namun beliau justru mengaku, “(aku masuk surga) karena seekor burung”.

Ketika itu ada burung yang dibuat mainan anak kecil. Merasa iba, sahabat Umar lalu membeli burung dari anak kecil itu, setelah terbeli, burung pun dilepas.

Kisah di atas sangat cocok dengan sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Kitab Sunan At-Tirmidzi:
Orang-orang yang berbelas kasih akan dikasihi Allah yang maha pengasih. Maka kasihanilah penduduk yang ada di bumi, niscaya kalian akan dikasihi penduduk langit. (7/3)
semoga kisah dari Amalan Sayidina Umar yang Membawanya ke Surga bisa menjadi contoh bagi kita.

Wallahu a’lam



Bahaya Sifat Sombong Dan Angkuh

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham

Sahabat dunia islam, Karena angkuh dan sombong Iblis terusir dari surga dan terlaknat hingga Hari Kiamat, bahkan selamanya. Karena angkuh dan sombong, Firaun ditenggelamkan dalam lautan dan jasadnya dipermalukan sebagai ibrah manusia sejagat. Karena angkuh dan sombong, Qarun dibenamkan ke perut bumi berikut harta dan kekayaannya.
Senasib dengan makhluk terkutuk lainnya, kaum ‘Aad, kaum Luth, Tsamud, dan lain sebagainya. Semuanya diazab dengan pedih karena kesombongan dan keangkuhan mereka; memandang rendah para rasul yang diutus kepada mereka. Lebih dari itu, mereka pun menolak kebenaran yang disampaikan para rasul.
Untuk sebuah seruan, kepada siapa pun, janji dan peringatan Allah ini maha benar-Nya. Akibat angkuh dan sombong pasti akan sakit dan menyakitkan, hina dan menghinakan, habis dan menghabiskan. Berdalih dan berargumentasi untuk sebuah pembenaran yang dipaksakan adalah hal yang sama pasti akan merusakkan dirinya.
Ia sombong dengan kecerdasannya yang sebenarnya juga terbatas lagi semu. Ia berani mengutak-atik ayat-ayat-Nya dengan dalih multitafsir; ia tak merasa malu dan bersalah melawan seruan ulama. Mengkritisi dengan kata-kata yang tak pantas, membabi dan membuta siapa pun lawan politiknya.
Saudaraku, sebagai manusia kita adalah makhluk yang lemah. Karenanya tak selayaknya untuk merasa dirinya paling menguasai ilmu, paling pintar dan menyombongkan diri di hadapan Penguasa langit dan bumi.
Ironisnya, imbas kepentingan dunia bernama pilkada justru menunjukkan banyak manusia yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna dalam segala hal.
Rasulullah SAW telah menjelaskan tentang Bahaya Sifat Sombong Dan Angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi, beliau bersabda, “Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata, “Sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus.” Beliau bersabda,”Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Muslim).
Imam An-Nawawi turut berkomentar tentang hadis ini, “Hadis ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran.” (Syarah Shahih Muslim 2/269).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan. Dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam, 2/275).
Raghib Al-Asfahani berkata, “Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabb-nya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.” (Umdatul Qari`, 22/140).
Camkan Allah SWT berfirman untuk kita, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (angkuh).” (QS Luqman: 18).
Ibnu Abbas menjelaskan makna firman Allah “(Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia), dia berkata, “Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan wajahmu ketika mereka berbicara kepadamu.” (Tafsir At-Thobari 21/74). Ingat nasihat Nabi SAW, “Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR Muslim).
Akibat angkuh sungguh sangat berbahaya. Lawan dari sifat ini adalah tawadhu. Maka sepantasnya, seorang Muslim menjauhkan diri dari sifat sombong dan menumbuhkan sifat tawadhu. Semoga Allah SWT mengisi dan memenuhi hati kita dengan sifat tawadhu. Mudah menerima kebenaran, dan tidak meremehkan orang lain. Aamiin.

Sumber : Republika.co.id

www.duniaislam



adit-rakhilpasha.blogspot.com
BRAHUL DOT COM

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit



Minggu, 09 April 2017



Jumat Minggu Lalu,
Sesudah jumatan aku masih duduk di teras mesjid di salah satu kompleks sekolah. Jamaah mesjid sudah sepi, bubar masing-masing dengan kesibukannya.
Seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue traditonal. Satu plastik harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena kasihan aku beli satu plastik.

Si nenek penjual kue terlihat letih dan duduk di teras mesjid tak jauh dariku. Kulihat masih banyak dagangannya. Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari komplek sekolah itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu atau dua.
Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.

“Berapa harganya Nek?”
“Satu plastik kue Lima ribu, nak”, jawab si nenek.

Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :
“Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi.”
Si nenek jelas sekali terlihat berbinar2 matanya :

“Ya Allah terima ksh bnyk Nak. Alhamdulillah ya Allah kabulkan doa saya utk beli obat cucu yg lagi sakit.” Si nenek langsung jalan.
Refleks aku panggil anak lelaki itu.

“Siapa namamu ? Kelas berapa?”
“Nama saya Radit, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.
“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”

” Oh .. tidak Pak, 
saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari. Tapi saya tidak pernah jajan, karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah.”
“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.
“Betul Pak, jadi setiap jumat saya bisa sedekah Lima puluh ribu rupiah. Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Allah berikan pahalanya untuk ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang ibu yang Allah ampuni dan selamatkan dari api neraka karena anaknya bersedekah sepotong roti, Pak”, anak SD itu berbicara dengan fasihnya.
Aku pegang bahu anak itu :
” Sejak kapan ibumu meninggal, Radit?”
“Ketika saya masih TK, pak”

Tak terasa air mataku menetes :
“Hatimu jauh lebih mulia dari aku Radit, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh ribu tadi ya…”, kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan ke tangannya.
Tapi dengan sopan Radit menolaknya dan berkata :
“Terima kasih banyak, Pak… Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih anak kecil tidak punya tanggungan… Tapi bapa punya keluarga…. Saya pamit balik ke kelas Pak”.

Radit menyalami tanganku dan menciumnya.
“Allah menjagamu, nak ..”, jawabku lirih.
Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue ada di sebuah apotik. Bergegas aku kesana, kulihat si nenek akan membayar obat yang dibelinya.
Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya. Kasir menjawab : ” Empat puluh ribu rupiah..”
Aku serahkan uang yang ditolak anak tadi ke kasir : ” Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..”
“Ya Allah.. Pak…”

Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan apotik… Aku bergegas menuju Pandeglang menyusul teman-teman yang sedang keliling dakwah disana.
Dalam hati aku berdoa semoga Allah terima sedekahku dan ampuni kedua orang tuaku serta putri tercintaku yang sudah pergi mendahuluiku kembali kepada Allah.

Sahabat ada kalanya seorang ank lebih jujur dri pada orang dewasa,ajrkan lah ank2 kita dri dini tindakan nyata yg bukan teori semata.


Kisah ini dari hamba Allah.
Belajar Bersedekah dari Anak usia 8 tahun


Silahkan di share

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit