Sabtu, 23 Januari 2016

" Lisan dan Hati " seorang budak hitam ( wahsyi )


Ada satu kisah tentang seorang yang mampu menjaga mulutnya untuk tetap berada pada jalur kebaikan dan kebenaran, yang kemudian namanya diabadikan Allah dalam Al-qur’an sebagai salah satu teladan bagi umat manusia, yaitu LUKMAN HAKIM. Dia seorang budak hitam ( wahsyi ), yang memiliki bibir tebal dan dua kaki melekuk. Dapat dibayangkan, secara fisik jelas bukan tergolong orang yang tampan. Tetapi, dari bibirnya yang tampak kurang sedap dipandang mata itu, justru tercermin kelebihannya dibandingkan orang lain, yaitu dia selalu tidak mengeluarkan suatupun dari mulutnya selain hal-hal yang mulia, penuh makna dan hikmah, serta berguna.

Suatu hari, diperintahkan tuannya menyembelih beberapa ekor kambing karena ada suatu tujuan tertentu. Setelah kambing-kambing itu disembelih, ia disuruh mengambilkan dua bagian yang terbaik dari daging kambing tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menghadap tuannya dengan membawa potongan HATI dan LIDAH.

Setelah tuannya memastikan kedua potong daging itu telah berada di tangannya, dia kembali menyuruh Lukman mengambilkan dua potong daging lagi, tetapi kali ini dari bagian yang terburuk. Tak lama kemudian, dia kembali menghadap tuannya dengan membawa potongan HATI dan LIDAH.

Sudah tentu ulah Lukman ini terasa ganjil di mata tuannya, yaitu daging yang terbaik dan yang terburuk sama bentuknya. Ia lantas minta Lukman menjelaskan keganjilan perbuatannya itu.

Lukman kemudian menguraikan, “ Bila kedua bagian ini sudah baik, tidak ada lagi yang lebih baik dari keduanya. Sebaliknya, bila kedua bagian ini buruk, tidak ada lagi yang lebih buruk dibandingkan dengan keduanya.”

Kisah ini telah memberikan satu gambaran yang sangat jelas bahwa kedua bagian fisik manusia yang memiliki peran penting dalam mencitrakan baik atau buruk adalah HATI dan MULUT. Keduanya memang tidak dapat dipisahkan, karena masing-masing bergantung pada yang lain. Untuk itu, keduanya harus dijaga secara bersamaan, Sebab, jika yang satu menyimpang, maka yang lain akan mengikutinya.

Nabi sering mengingatkan untuk serius dalam menjaga MULUT. Pada satu kesempatan, ia menyatakan berkaitan dengan sikap yang semestinya dilakukan seorang mukmin. Menurut beliau, seorang yang telah menyatakan diri beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaknya hanya berbicara yang baik-baik, dan kalau ia tidak sanggup untuk itu, sebaiknya diam saja.

Pada kesempatan yang lain, Nabi juga menegaskan akibat bagi orang yang tidak mampu menjaga mulutnya adalah menjadi penghuni Neraka. Penegasan Nabi ini membuktikan adanya kaitan yang erat antara perkataan dan keimanan. Perkataan yang baik jelas mencerminkan iman yang tebal. Sebaliknya, dengan iman yang kuat, seseorang tak akan membiarkan mulutnya untuk berkata-kata kotor.
Karena iman akan menyelamatkan seseorang, maka mulut juga akan menyelamatkannya. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, menjaga mulut berarti juga menjaga keimanan. Dan karena iman itu merupakan suatu keyakinan dalam hati, maka hati juga harus diperhatikan.
Nabi mengingatkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang bila ia baik, maka seluruh kediriannya akan baik, dan bila ia rusak, maka seluruh kediriannya akan rusak, yaitu hati.
Sebagai tempat iman, hati memang harus dijaga secara ekstra. Sebab, jika ia busuk dan kotor, jelas iman semakin menghindarinya. Ketika iman sudah semakin jauh, mulut akan semakin tak terkendali. Pada saat itulah, kehancuran orang mulai menghampirinya.  

Semoga bermanfaat . .


01_2016


ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit


Menghidupkan Hati


Hati yang hidup dan senantiasa mengingat nama Allah merupakan nikmat yang tiada taranya. Sebaliknya, hati yang mati merupakan musibah besar. Jika kita hidup dalam kondisi hati yang mati, maka dalam pandangan Allah hidup kita ini tidaklah berarti.


Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat menghidupkan hati kita, yaitu sebagai berikut:

1.  Mengingat Allah SWT
2. Mengingat Mati
3. Ziarah Kubur
4. Berkunjung kepada Orang-orang yang Shaleh

Ini merupakan perbuatan yang sangat bermanfaat bagi suasana hati kita. Ja’far bin Sulaiman (w. 123 H), seorang ulama dari golongan Tabi’in berkata:

“Ketika hatiku dilanda kegalauan, aku segera mendatangi Muhammad bin Wasi’ dan menatap wajahnya. Bagiku, beliau bagaikan obat penawar bagi kondisi hatiku”.

Berkunjung dengan orang shalih akan membawa manfaat karena orang shalih itu adalah orang yang menjaga lisannya, ia akan berkata yang baik baik saja, maka kata kata itulah yang akan menggugah hati kita dengan mendengarkan kata yang baik atau sebuah nasehat.

Kita dituntut untuk senantiasa menjaga hati kita agar tidak terjerumus ke dalam godaan setan, seperti riya dan syirik. Abu Hafsh An-Naisaburi (w. 264 H) mengatakan: “Aku menjaga hatiku selama dua puluh tahun, kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun”.

Dan sesungguhnya masih banyak cara dalam rangka menghidupkan hati kita, semoga yang sedikit ini kita semua mampu untuk menjalaninya dan mengamalkannya.



Semoga Bermanfaat.
Allahu A’alam

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit