Sabtu, 16 Januari 2016

DIALOG ABDULLAH BIN ABBAS DENGAN KHAWARIJ





Di antara sekte atau aliran yang menyimpang yang pertama kali muncul dalam Islam adalah pemikiran Khawarij, sebuah sekte yang berbicara tentang status keislaman seseorang, apakah seseorang tersebut telah keluar dari Islam (kafir), atau masih berada dalam lingkaran keislaman. Pemikiran ini pertama kali muncul di zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dan sekarang pemikiran ini kembali menyerebak di tengah-tengah umat Islam yang popular dengan istilah terorisme. Banyak orang-orang yang sibuk membicarakan status keislaman orang lain, terutama status keislaman para pemimpin yang berhukum dengan undang-undang buatan manusia.
Mereka adalah sebagian pemuda yang memiliki semangat keislaman, namun mereka tergesa-gesa menghukumi tanpa melakukan pengkajian yang mendalam. Pemikiran ekstrim ini direspon dengan berbagai tindakan, dan salah satu tindakan yang dilakukan untuk memerangi pemikiran teroris ini adalah dengan cara berdialog. Cara ini termasuk cara yang paling efektif untuk memeranginya, karena sebuah pemikiran idealnya dihadapi juga dengan pemikiran.
Berikut ini, kami cuplikkan sebuah kisah tentang ketergesa-gesaan orang-orang Khawarij dalam memvonis hukum kafir dan kedangakalan mereka dalam memahami ayat-ayat Alquran, mudah-mudahan para pemuda yang memiliki semangat dalam berislam bisa mengambil pelajaran dari kisah ini dan terhindar dari pemikiran terorisme yang bermudah-mudahan dalam memvonis kafir seseorang.
Ali bin Abi Thalib mengirim Abdullah bin Abbas kepada orang-orang Khawarij untuk berdialog bersama mereka. Kisah dialog Ibnu Abbas ini dicatat oleh Imam Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya Talbis Iblis sebagai berikut:
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Orang-orang Khawarij memisahkan diri dari Ali radhiallahu ‘anhu, berkumpul di satu daerah untuk memberontak kepada khalifah. Ketika itu, jumlah mereka enam ribu orang.
Semenjak Khawarij berkumpul, setiap orang yang mengunjungi Ali radhiallahu ‘anhu berkata –mengingatkannya–, “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang Khawarij telah berkumpul untuk memerangimu.”
Ali menjawab, “Biarkan saja, aku tidak akan memerangi mereka hingga mereka memerangiku, dan pasti mereka akan melakukannya.”
Hingga di suatu hari yang terik, saat masuk waktu zuhur aku menjumpai Ali radhiallahu ‘anhu. Aku (Ibnu Abbas) berkata, “Wahai Amirul Mukminin, tunggulah cuaca dingin untuk shalat zuhur, sepertinya aku akan mendatangi mereka (Khawarij) berdialog.”
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata, “Wahai Ibnu Abbas, sungguh aku mengkhawatirkanmu!”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, janganlah kau khawatirkan diriku. Aku bukanlah orang yang berakhlak buruk dan aku tidak pernah menyakiti seorang pun.” Maka Ali pun mengizinkanku.
“Jubah terbaik dari Yaman segera kupakai, kurapikan rambutku, dan kulangkahkan kaki ini hingga masuk di barisan mereka di tengah siang.”
Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma berkata, “Aku benar-benar berada di tengah suatu kaum yang belum pernah kujumpai orang yang sangat bersemangat beribadah seperti mereka. Dahi-dahi mereka penuh luka bekas sujud, tangan-tangan menebal bak lutut-lutut unta (kapalan). Wajah-wajah mereka pucat pasi karena tidak tidur, menghabiskan malam untuk beribadah.”
Kuucapkan salam pada mereka. Serempak mereka menyambutku, “Selamat datang, wahai Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma. Apa gerangan yang membawamu kemari?”
Aku berkata, “Aku datang pada kalian sebagai perwakilan dari sahabat Muhajirin dan sahabat Anshar, dan juga dari sisi menantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (yakni Ali bin Abi Thalib), kepada para sahabat-lah Alquran diturunkan dan merekalah orang-orang yang paling mengerti makna Alquran daripada kalian.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengingatkan tentang kedudukan sahabat Muhajirin dan Anshar dan bagaimana seharusnya prinsip seorang muslim dalam memahami Alquran dan sunnah yaitu mengembalikan kepada pemahaman sahabat yang kepada merekalah Alquran diturunkan, dan merekalah orang yang paling mengerti Alquran dan sunnah. Ibnu Abbas juga menegaskan besarnya kedudukan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu di sisi Allah, yaitu menantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Begitu mendengar ucapan Ibnu Abbas yang penuh makna dan merupakan prinsip hidup –yang tentunya tidak mereka sukai karena menyelisihi prinsip sesat mereka–,sebagian Khawarij memberi peringatan, “Jangan sekali-kali kalian berdebat dengan seorang Quraisy (yakni Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, pen.). Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

“Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58)

bnul Jauzi  kembali melanjutkan kisah ini: Dua atau tiga orang dari mereka berkata, “Biarlah kami yang akan mendebatnya!”.
Ibnu Abbas berkata, “Wahai kaum, beri aku alasan, mengapa kalian membenci menantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam beserta sahabat Muhajirin dan Anshar, padahal Alquran diturunkan kepada mereka, dan tidak ada seorang sahabat pun yang bersama kalian. Ali adalah orang yang paling mengerti tentang penafsiran Alquran.”
Mereka berkata, “Kami punya tiga alasan.”
Ibnu Abbas mengatakan, “Sebutkan (tiga alasan kalian).”
“Pertama, sungguh Ali telah menjadikan manusia sebagai hakim (pemutus perkara) dalam urusan Allah, padahal Allah  berfirman,
“…Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah  …” (Yusuf: 40)
Hukum manusia tidak ada artinya di hadapan firman Allah Ta’ala. Kata mereka.
Ibnu Abbas menanggapi, “Ini alasan kalian yang pertama. Lalu apa lagi?”
Mereka melanjutkan, “Kedua, sesungguhnya Ali telah berperang dan membunuh, tapi mengapa tidak mau menawan dan mengambil ghanimah? Kalau mereka (orang-orang yang berperang melawan Ali) itu mukmin tentu tidak halal bagi kita memerangi dan membunuh mereka. Tidak halal pula tawanan-tawanannya.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bertanya lagi, “Lalu apa alasan kalian yang ketiga?”
Kata mereka, “Ketiga, dia telah menghapus sebutan Amirul Mukminin dari dirinya. Kalau dia bukan amirul mukminin (karena menghapus sebutan itu) berarti dia adalah amirul kafirin (pemimpin orang-orang kafir).”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Ada alasan selain ini?” Mereka berkata, “Cukup sudah bagi kami tiga perkara ini!”
Bantahan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma atas dangkalnya pemahaman Khawarij
Lihatlah, bagaimana Khawarij mudah memvonis kafir, dan memberontak sekalipun kepada khalifah ar-Rasyid yang penuh keutamaan dan kemuliaan. Alasan-alasan mereka adalah kerancuan yang sangat lemah dan menunjukkan kedangkalan mereka dalam memahami Alquran dan sunnah.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mulai menanggapi, “Ucapan kalian bahwa Ali radhiallahu ‘anhu telah menjadikan manusia untuk memutuskan perkara (untuk mendamaikan persengketaan antara kaum muslimin -pen), sebagai jawabannya akan kubacakan ayat yang membatalkan kerancuan kalian. Jika ucapan kalian terbantah, maukah kalian kembali (kepada jalan yang benar)?”
Mereka menjawab, “Ya, tentu kami akan kembali.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyerahkan sebagian hukum-Nya kepada keputusan manusia, seperti dalam menentukan harga kelinci (sebagai tebusan atas kelinci yang dibunuh saat ihram) Allah Subhanahu wa Ta’alal berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۚ وَمَنْ قَتَلَهُ مِنْكُمْ مُتَعَمِّدًا فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ هَدْيًا بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَوْ عَدْلُ ذَٰلِكَ صِيَامًا لِيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ ۗ عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ ۚ وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan (hukum) dua orang yang adil di antara kamu, sebagai hadyu yang dibawa sampai ke Ka’bah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” (QS. Al-Maidah: 95)

Demikian pula dalam perkara perempuan dan suaminya yang bersengketa, Allah Subhanahu wa Ta’ala  juga menyerahkan hukumnya kepada hukum (keputusan) manusia untuk mendamaikan antara keduanya. Allah Ta’ala berfirman,


وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (QS. An-Nisa: 35)


Demi Allah, jawablah, apakah diutusnya seorang manusia untuk mendamaikan hubungan mereka dan mencegah pertumpahan darah di antara mereka lebih pantas untuk dilakukan, atau hukum manusia perihal darah seekor kelinci dan urusan pernikahan wanita? Menurut kalian manakah yang lebih pantas?”
Mereka katakana, “Inilah (yakni mengutus manusia untuk mendamaikan manusia dari pertumpahan darah) yang lebih pantas.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Apakah kalian telah memahami masalah pertama?” Mereka berkata, “Ya.”
Ibnu Abbas melanjutkan, “Adapun ucapan kalian bahwa Ali radhiallahu ‘anhu telah berperang tapi tidak mau mengambil ghanimah dari yang diperangi dan tidak menjadikan mereka sebagai tawanan, sungguh (dalam alasan kedua ini) kalian telah mencerca ibu kalian (yakni Aisyah).
Demi Allah! Kalau kalian katakan bahwa Aisyah bukan ibu kita, kalian telah keluar dari Islam (karena mengingkari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala). Demikian pula kalau kalian menjadikan Aisyah sebagai tawanan perang dan menganggapnya halal sebagaimana tawanan lainnya (sebagaimana layaknya orang-orang kafir), maka kalian pun keluar dari Islam. Sesungguhnya kalian berada di antara dua kesesatan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ


“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. Al-Ahzab: 6)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Apakah kalian telah memahami masalah ini?”
Mereka menjawab, “Ya.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata lagi, “Adapun ucapan kalian bahwasanya Ali telah menghapus sebutan Amirul Mukminin dari dirinya, maka (sebagai jawabannya) aku akan kisahkan kepada kalian tentang seorang yang kalian ridhai, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketahuilah, bahwasanya beliau di hari Hudaibiyah (6 H) melakukan shulh (perjanjian damai) dengan orang-orang musyrikin, Abu Sufyan dan Suhail bin Amr. Tahukah kalian apa yang terjadi?
Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, tulislah perjanjian untuk mereka.” Ali menulis, “Inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah…”
Orang-orang musyrik berkata, “Demi Allah! Kami tidak tahu kalau engkau rasul Allah. Kalau kami mengakui engkau sebagai utusan Allah  tentu kami tidak akan memerangimu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah , sungguh engkau mengetahui bahwa aku adalah Rasulullah. Wahai Ali, tulislah ‘Ini adalah perjanjian antara Muhammad bin Abdilah…’.” (Rasulullah memerintahkan Ali untukmenghapus sebutan Rasulullah dalam perjanjian, pen.)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih mulia dari Ali, meskipun demikian beliau menghapuskan sebutan rasulullah dalam perjanjian Hudaibiyah…” (Apakah dengan perintah Rasul menghapuskan kata rasulullah dalam perjanjian kemudian kalian mengingkari kerasulan beliau? Sebagaimana kalian ingkari keislaman Ali karena menghapus sebutan Amirul Mukminin?)
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Maka kembalilah dua ribu orang dari mereka, sementara lainnya tetap memberontak (dan berada di atas kesesatan), hingga mereka diperangi dalam sebuah peperangan besar (yakni perang Nahrawan).”
Demikian tiga kerancuan pola pikir Khawarij yang mereka jadikan sebagai alasan memberontak dan memerangi Ali radhiallahu ‘anhu. Semua kerancuan tersebut terbantah dalam dialog mereka dengan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma. Maka selamatlah mereka yang mau mendengar sahabat dan menjadikan mereka sebagai rujukan dalam memahami Alquran dan sunnah.
Kemudian dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, Imam Ibnu Katsir melanjutkan kisah ini.
Abdullah bin Abbas membawa mereka ke hadapan Ali bin Abi Thalib di Kufah.
Setelah itu, Ali mengirim utusan kepada orang-orang Khawarij yang tersisa, ia berkata, “Sesungguhnya kalian telah menyaksikan apa yang telah dialami olehku dan orang-orang secara umum. Berbuatlah semau kalian hingga umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersatu. Di antara kita ada sebuah perjanjian, tidak boleh menumpahkan darah yang haram dibunuh, tidak boleh menyabotase jalan dan tidak boleh menzalimi ahli zhimmah. Jika kalian melanggarnya, maka kami akan membalasnya dengan pembalasan yang setimpal. Allah berfirman,


إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ


“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfal: 58)
Tidak lama setelah itu, mereka menyabotase jalan, membunuh orang-orang yang tak bersalah, menghalalkan darah ahli zhimmah hingga mereka dikalahkan dalam Perang Nahrawan. Setelah itu mereka membalas dendam dan yang mengakibatkan tewasnya Khalifah ar-Rasyid Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu.



Artikel www.KisahMuslim.com


" Jagalah Hati "

adit-rakhilpasha.blogspot.com
adit-rakhilalya.blogspot.com
01_2016

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit



Selasa, 05 Januari 2016

Senin, 04 Januari 2016

UangDownload http://uangdownload.com/207711.html


Hai . . . . Sobat !!!
Mau mencari penghasilan tambahan

Uang selalu dibicarakan setiap hari. Uang, selalu dicari. Tetapi, berapa banyak orang yang beruntung bisa mendapatkan uang banyak dengan mudah dan halal ?

Perhatikan orang-orang yang mencari uang dari pagi sampai sore … terhimpit beban pekerjaan, penuh keringat, terjebak kemacetan, ditekan atasan dlsb ... Namun bagaimana hasilnya ? Tidak seberapa ! ... Bahkan masih jauh dari menyenangkan …!

Sebagian lagi mungkin sedang bingung mencari tambahan uang untuk membayar hutang, 
biaya pengobatan, 
biaya pendidikan, 
kredit kebutuhan rumah tangga, 
modal menikah, 
modal bisnis, 
modal pensiun 
dan keperluan lainnya ... 
Anda salah satunya?

Jika jawaban Anda adalah 
"Ya", teruskan membaca …!

Anda juga mau ? 

Ok. Silahkan JOIN gan, GRATIS !, bahkan agan langsung dapet UangDownload sebesar Rp. 10.000,-. Habis itu agan-agan bisa download Software, Game, Script, Template, MP3, Video, eBook dan lain-lain sepuasnya ! Daftar link dan file yang bisa didownload tumbuh terus karena dapat sumbangan dari member-member lain ... dan bahkan juga dari agan sendiri !

Nah! Jika agan suka, mungkin teman-teman agan juga suka, infokan website ini ke mereka dan jika mereka JOIN dan upgrade ke VIP Member, agan akan dapat tambahan uang jajan! Mantep khan ?

Saya akan tunjukkan cara untuk terbebas dari itu semua melalui cara yang unik dan mungkin belum pernah Anda ketahui sebelumnya !

Bila jawaban Anda Ya....!

" SELAMAT BERGABUNG DENGAN KAMI "

http://uangdownload.com/207711.html


Kamis, 24 Desember 2015

SELAMAT DATANG



ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit



http//adit-rakhilpasha.blogspot.com

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit


WALLPAPERS





















" Jagalah Hati "
adit-rakhilpasha.blogspot.com
Desember 2015
ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit


Sabtu, 19 Desember 2015

Jagalah Hati: Mutiara Kata

Jagalah Hati: Mutiara Kata:
 aditrakhilalya.blogspot.com adit-rakhilpasha.blogspot.com Des 2015 ...

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit




Mutiara Kata



















aditrakhilalya.blogspot.com
adit-rakhilpasha.blogspot.com
Des 2015

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit










Jumat, 18 Desember 2015

Jagalah Hati: KRAMAT TAJUG

Jagalah Hati: KRAMAT TAJUG: ADALAH SITUS BERSEJARAH KERAJAAN BANTEN YG SEJARAH NYA MULAI TERLUPAKAN ANAK CUCU WARGA TANGSEL UNTUK ITU MARI BERSAMA PEL...


ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit


KRAMAT TAJUG
















ADALAH SITUS BERSEJARAH KERAJAAN BANTEN YG SEJARAH NYA MULAI TERLUPAKAN ANAK CUCU WARGA TANGSEL UNTUK ITU MARI BERSAMA PELAJARI DAN KENALI LEBIH JAUH SITUS BERSEJARAH KERAJAAN BANTEN YG ADA DI TANGSEL MARI BERSAMA RAWAT DAN LESTARIKAN WARISAN LELUHUR KERAJAAN BANTEN DI TANGSEL TERCINTA






Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) yang juga salah satu dari panglima perangKerajaan Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa mendapatkan tugas untuk membantu rakyat di Tangerang tepatnya di Benteng Selatan dalam melawan penjajahan Belanda sekaligus menyiarkan agama Islam.Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) sendiri adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa yang ke enam. 




Sultan Ageng Tirtayasa sendiri berputrakan sembilan anak yaitu :

1. Sultan Haji
2. Pangeran Purbaya
3. Pangeran Setiri
4. Pangeran Jogya
5. Raden Shoheh
6. Reden Muhammad Atief (Tubagus Atief)
7. Ratu Ayu8. Ratu Fatimah
9. Ratu Komala (meninggal sewaktu kecil)

Setelah menyelesaikan tugasnya Di Benteng Selatan kemudian Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) kembali ke Banten dan mendapatkan gelar Tubagus Wetan dari ayahandanya sendiri Sultan Ageng Tyrtayasa. Karena jasa-jasanya kepada masyarakat disini maka masyarakat disini menikahkan Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) dengan Siti Almiyah wanita asli Desa Cilenggang ini dengan mas kawinnya Masjid Jami Al Ikhlas (dahulu Surau atau Tajug) yang sekarang masih berdiri.Dikarenakan kondisi kesultanan Banten yang sedang mengalami kekacauan pada waktu itu yaitu adanya konflik antara Sultan Ageng Tyrtayasa dengan putranya sendiri Sultan Haji, hal ini menimbulkan kesulitan kepada Raden Muhammad Atief untuk memihak, maka Sultan Ageng Tyrtayasa memerintahkan kepada Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) untuk tinggal di Desa Cilenggang dengan membawa adiknya Ratu Ayu sambil tetap menyebarkan Agama Islam disini.Dalam wasiatnya sebelum wafatnya kepada anak cucunya seandainya beliau wafat agar dimakamkan di dalam Surau atau Tajug (budaya masyarakat waktu itu dalam menyebut Surau) bersama dengan Ratu Ayu adik beliau yang wafat lebih dahulu. Dewasa ini masyarakat Desa Cilenggang pada khususnya dan masyarakat lain pada umumnya menyebutdengan istilah Kramat Tajug.Asal muasal Gunung Puyuh Kramat TajugDahulu Surau atau Tajug yang didirikan oleh Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) berdiri ditanah yang datar dan dikelilingi oleh persawahan. Ketika Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) dimakamkan di dalam Surau ini sesuai dengan wasiatnya, sebelumnya adik beliauRatu Ayu juga dimakamkan disini. Maka lama kelamaan tanah yang tadinya datar berubah semakin meninggi yang sekarangdikenal oleh sebagian orang sebagai Gunung Puyuh. Tidak banyak orang mengetahui hal ini selain dari anak cucu keturunan Raden Muhammad Atief atau lebih dikenal sebagai Tugabus (Tb) Atief. Luas Gunung Puyuh ini diperkirakan sekarang mencapai sekitar dua hektar.Raden Muhammad Atief (Tubagus Atief) menikah dengan Siti Almiyah memiliki empat putra yaitu :1. Tubagus (Tb) Romadhon (dimakamkan di Kalipasir – Tangerang)2. Tubagus (Tb) Arfah (dimakamkan di Kramat Tajug – Desa Cilenggang)3. Tubagus (Tb) Raje (dimakamkan di DesaKadubumbang – Cimanuk, Pandeglang)4. Tubagus (Tb) Arja (dimakamkan di Gunung Sindur – Desa Jampang)Keanehan lainnya adalah luas tanah dari Kramat Tajug yang sejak zaman dahulu juga berfungsi sebagai tempat pemakaman warga atau masyarakat Desa Cilenggang seakan tidak pernah sempit atau selalu cukup untuk dijadikan areal pemakaman baik oleh anak cucu dari Tubagus (Tb) Atief maupun oleh warga Desa Cilenggang sendiri.Untuk menjaga kelestarian dari Kramat Tajug ini telah didirikan Yayasan Tubagus Atief yang diketuai oleh H. Tubagus (Tb) Imammudin dan juga Paguyuban KeluargaMuhammad Atief yang diketuai oleh H. Tubagus (Tb) Muin Basyuni dan SekertarisUmumnya Tubagus (Tb) Moh. Sholeh Sutisna atau lebih dikenal dengan panggilan Sos RendraSampai saat ini ritual ziarah masih sering dilakukan oleh keluarga dari Kramat Tajug. Setiap minggu ketiga pada setiap bulannya H. Tubagus Imammudin yang juga Ketua dari Yayasan Tubagus Atief memimpin sekitar 300 orang dari keturunan Kramat Tajug untuk ziarah dan tahlil. Dan setiap tanggal empat belas di bulan Maulid diadakan pencucian benda-benda milik dari Raden Muhammad Atief atau Tubagus (Tb) Atief.Sampai sekarangpun masih banyak dari warga disekitar Desa Cilenggang dan masyarakat umum bahkan dari luar jawapun banyak yang datang untuk melakukan ziarah dan tirakat di Kramat Tajug.(Tubagus Muhamad Atief – Anak dari Sultan Ageng Tyrtayasa)Jika mengunjungi Desa Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, orang akan menemukan banyak situs bersejarah peninggalan masa lalu. Sayangnya apresiai pemerintah daerah tidak berbanding lurus dengan apresiasi masyarakat lokal untuk melestarikan keberadaan berbagai situs sejarah. Buktinya, kini situs-situs itu amat memprihatinkan lantaran tidak terawat atau terpelihara. Bahkan situs bersejarah itu seakan bisu, akibat sedikit penduduk lokal yang mampu mengisahkan riwayat sejarahnya. Jika ada, umumnya sudah berusia lanjut dan kurang runtut jika diminta menarasikan hal ihwal sebuah situs. Akibatnya, banyak pengunjung yang kesulitan memahami atau menangkap pesan sejarah di balik situs tersebut.Di tempat ini, anda pasti akan dibuat kecewa karena tidak banyak penduduk yang mengetahui sejarahnya. Jika ada, narasi yang diberikan sepotong-sepotong dan terkadang kurang rasional karena kental dibumbui unsur mistis ketimbang data rasional.Kebesaran kerajaan Banten di daerah ini seperti tak punya riwayat, tidak punya narasi arkeologis, kecuali dari narasi lisan dari penduduk sekitar yang sepotong-sepotong. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang harus dilakukan masyarakat bersama pemangku kepentingan guna mempertahankan keberadaan situs sejarah itu? Pertanyaan ini menjadi penting diajukan.Sebagai sebuah narasi sejarah local mutlak diperlukan. Sebab, sejarah tidak hanya memiliki narasi besar (mayor) yang berkisah tentang tokoh-tokoh dengan seluruh tindakan historisnya.Sejarah, juga mengandung banyak serpihan yang mengandung narasi kecil (minor) tentang bangunan dengan seluruhpernik-perniknya, kisah manusia yang terjadi di dalam kemelut persoalan politik, sosial, budaya, dan hal-hal lain yang layak diketahui sebagai referensi bagi generasi demi generasi. Dalam konteks tersebut, situs-situs bersejarah merupakan tanda yang secara faktual dapat dibaca untuk mengenali sosok sebuah kekuasaan dan tokohnya secara komprehensif.Selain itu, narasi sejarah lokal juga bisa menjadi sarana rekonstruksi sejarah agar spirit dari situs dan peninggalan sejarah itu, bisa menjiwai masyarakat di sekitarnya. Ketika masyarakat lokal tidak lagi memahami sejarah sebuah situs di daerahnya, maka bisa dipastikan perasaanuntuk merawat dan menjaga itu akan hilang. Jangankan merawat, mengunjungi saja mereka enggan. Jika demikian halnya,transformasi nilai historis dan spirit sebuah situs terhadap penduduk lokal, tidak akan terjadi.Kita tentu tidak ingin satu generasi mendatang, terlepas akar sejarahnya lantaran rusak dan musnahnya situs-situs sejarah. Sebelum terlambat, sudah saatnya pemerintah dibantu masyarakat, melakukan revitalisasi situs dalam bentuk pelesatariannya.Para pengunjung ingin mengetahui kejayaan perjuangan Islam dan sejarah Kerajaan Banten disini serta perlawanan mereka terhadap penjajah Belanda melaluiVOC-nya dimasa lalu bukan hanya dari situs-situs belaka. Mereka butuh narasi yang akan memberikan cara pandang baru, dan rasa ketertarikan lebih dalam tentang kota ini. Ketika ketertarikan itu muncul, mereka tentu akan kembali lagi tidak hanya sendirian, tetapi dengan keluarga dan rekan-rekannya. Sudah pasti, dunia pariwisata Tangerang Selatan pada umumnya dan masyarakat lokal sekitar situs akan diuntungkan.Akhirnya, sudah saatnya kita membuat narasi sejarah situs-situs peninggalan masa lalu. Selain sebagai sebagai wujud penghargaan, melalui narasi itu kita bisa mengambil hikmah sembari meneruskan perjuangan para pendahulu. Semoga.Ahli Waris Keramat Tajug Minta Perlindungan[Nusantara]Khawatir Kena GusurAhli Waris Keramat Tajug Minta PerlindunganTangerang, PelitaAhli waris Komplek Makam Keramat Tajug,Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, mendesak Pemkot agar menjadikannya sebagai situs sejarah.Bila terlambat diantisipasi, komplek makam itu dikhawatirkan akan terkena pengembangan, seperti terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara baru-baru ini.Drs H Abdul Muin Basyuni MM Ketua Umum Paguyuban Keluarga Besar Keramat Tajug mengatakan, desakan dari ahli waris dan para peziarah tersebut sudah lama digulirkan. Tetapi pihaknya merasa kesulitan mengingat Kota Tangsel masih dalam masa transisi.Sebelum adanya pemekaran aspirasi ini sudah kami sampaikan ke Pemkab Tangerang. Namun belum ada tanggapan serius. Sementara pembangunan yang adadi kota ini semakin gencar dan kekhawatiran kian memuncak ketika dua air terjun di Pelayangan juga telah hilang, padahal itu juga merupakan cagar budaya yang diakui Pemkab, kata H Muin, Sabtu (17/4).Menurut Muin, pengajuan Keramat Tajug sangat beralasan karena di lokasi itu terdapat makam Tb Atief, seorang Panglima Perang Kerajaan Banten pada Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan segala keterbatasan, Keramat Tajug sudah dikenal sebagai obyek wisata religi.Peziarah Komplek Makam Keramat Tajug tidak hanya datang dari kawasan Banten dan Jawa Barat tapi juga Sumatera, Jakarta, Sulawesi, dan wilayah lainnya. Persoalannya mungkin beda bila nantinya disyahkan sebagai situs sejarah, bisa jadi yang datang ke sini dari semua kalangan dan tingkat pendidikan, lanjut Muin.Muin berharap Pemkot memperhatikan situs ini mengingat derasnya pembangunan di Tangerang Selatan yang didominasi pengembang properti papan atas seperti Grup Sinarmas, Sumarecon, Agung Sedayu dan lain-lain. Meski pengembang seperti Sinarmas berjanji tidak akan menyentuh Tajug, kekhawatiranmasih membebani para ahli waris.Kecuali ada kesepakatan tertulis, kata Muin.Sementara Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan yang punya kewenangan tidak memiliki data terkait cagar budaya dan situs sejarah di seluruh wilayah Tangerang. Yang tersedia hanya data hotel, obyek wisata, mal dan restoran. Kotaini baru terbentuk satu tahun. Jangankan data situs, urusan internal kantor saja butuh penanganan serius, ucap Kadispora,Drs H Dadang Raharja, Sabtu lalu.Kabid Budpar Drs Supryatna MM pun memberikan alasan yang sama. Pihaknya justru meminta peran serta budayawan dan tokoh masyarakat untuk mengggali dan melaporkan data itu.Dadang berharap para ahli waris Tb Atief bisa sabar sampai usulan agar Keramat Tajug menjadi situs sejarah akan terlaksana.

Diposkan olehhaji nursonodi02.103 

komentar:Yuda moJAH11 September 2013 


" Jagalah Hati "
aditrakhilalya.blogspot.com
Des 2015

ADITYA RIZA PRADANA

BRAHUL DOT COM

ASSHIDDIQIYAH 06 SERPONG

Griya Suradita Indah

MALAM PUNCAK HUT RI KE-73 ( GSI RT 08 )

Murottal Al Quran Ali Abdur-Rahman al-Huthaify

aditya riza pradana

Gepeng Tea

Album Sings Legends 2016

LUCU DOT COM

Dangdut Sings Legends

Favorit